Kamis, 22 Agustus 2013

W2W : DARI DUREN TIGA – KALIBATA, LIHAT RUSA ATAU JADI FANS SLANK


Pada hari kemerdekaan indonesia yang ke 68 tanggal 17 Agustus 2013 yang lalu saya dan pak I Putu Wirasangka yang Deputi Manajer laboratorium kimia sipil dan lingkungan PLN Puslitbang berbincang tentang manfaat berjalan kaki ke dan dari kantor , istilah kerennya mungkin W2W (walk to work). Jadi selain B2W (bike to work) yang sudah populer, untuk kita-kita  yang jarak antara rumah dan kantor tidak terlalu jauh bolehlah mencoba dan merasakan manfaat W2W.
Menurut Pak Putu, jalan kaki ke kantor dan bukannya naik mobil, banyak manfaatnya, yang pertama akan menyehatkan badan, kemudian mengurangi emisi gas CO2 ke udara, manfaat lain adalah mengurangi subsidi BBM yang kita terima jika berkendaraan dengan bahan bakar minyak bersubsidi. Saya menambahkan bahwa manfaat lain adalah dengan berjalan kaki kita akan lebih hemat biaya karena tidak perlu beli BBM atau bayar ongkos bis.
Kebetulan tempat kerja saya di PLN Puslitbang Ketenagalistrikan yang terletak di jalan durentiga nomor 102, sedangkan rumah atau katakanlah tempat tinggal selama di Jakarta adalah  Apartemen Kalibata, memungkinkan saya untuk mencapai kantor serta kembali ke rumah dengan modus transportasi  murah meriah, W2W. Jadi pada kesempatan ini saya bisa cerita tentang pengalaman W2W antara durentiga ke kalibata dan sebaliknya.
Kantor PLN Puslitbang
Saya coba hitung berapa jarak dari kantor PLN Puslitbang ke apartemen kalibata, pernah pakai GPS sambil belajar bagaimana memakai berbagai fitur yang ada pada peralatan tersebut. Atau pakai google earth, didapatlah jaraknya sekitar 2.000 meter atau 2 kilometer. Kalau satu kali melangkah rata-rata 50 cm, maka sekali perjalanan berangkat atau pulang ke kantor sudah melangkah 4.000 langkah. Pulang balik jadinya dalam sehari sudah melangkah sebanyak 8.000 kali. Padahal saya pernah dengar atau baca suatu slogan (kayaknya dari iklan produk kesehatan) bahwa sepuluh ribu langkah sehari akan menghindarkan kita ketemu dokter. Maksudnya ya tentu akan lebih sehat. Bukan tidak boleh ketemu dokter.
Jadi mungkin kalau saya bisa disiplin setiap berangkat dan pulang kantor maka saya bisa sekaligus mengamalkan gerakan sepuluh ribu langkah sehari. Karena hitungannya 8.000 langkah dari perjalanan berangkat dan pulang. Duaribu langkah lagi kira-kira bisalah didapat dari langkah-langkah yang lain, baik selama di kantor, maupun di tempat tinggal.
Manfaat yang juga saya rasakan disamping yang sudah didiskusikan dengan Pak Putu di atas adalah adanya unsur rekreasi dan refreshing dari jalan kaki atau W2W tersebut. Rekreasi yang gratis alias tidak perlu mengeluarkan duit.
Saya pernah blusukan di sekitar duren tiga. Maksudnya benar-benar blusukan jalan-jalan, bukan seperti pak Jokowi yang blusukan untuk bekerja dan menjalankan tugas atau para pejabat yang blusukan untuk pencitraan. Saya cuma jalan-jalan berolahraga ringan. Manfaatnya juga ringan, bisa berkeringat, badan merasa sehatlah. Karena kalau olahraganya sambil marathon sebentar juga terasa capek, nafas ngos-ngosan dan sebentar jadi bosan. Jadi saya senang olahraga jalan kaki. Dari blusukan tersebut saya bisa menemukan bahwa ternyata di sekitar jalan durentiga, di tengah kota Jakarta, masih ada peternakan sapi. Satu hal yang tidak terduga. Kok bisa ya. Bayangan saya peternakan sapi harusnya kan di luar kota, jauh dari Jakarta.
Nah, saat perjalanan berangkat dari Kalibata ke kantor di Duren Tiga, yang saya rasakan adalah saya bisa lebih santai dan tidak terburu-buru. Kalau bawa kendaraan mobil saya harus siap mulai pukul enam pagi, karena untuk keluar dari lingkungan apartemen, mulai jam 6.15 sudah mulai rame, harus antri keluar lewat pintu gerbang. Antri tersebut bisa-bisa lima belas menit. Selanjutnya biasa juga terjadi kemacetan di lampu merah (traffic light) kalibata menuju jalan raya pasar minggu. Atau sebelum traffic light tersebut, sering-sering di Makam Pahlawan Kalibata ada acara nasional atau instansi tertentu yang ziarah ke makam pahlawan.
Kemacetan di traffic light
Jadi memang perjalanan ke duren tiga merupakan langganan macet.  Kalau membawa mobil harus berangkat jam 6 pagi supaya lancar. Sampai di kantor kadang-kadang masih sangat sepi dan bisa-bisa harus menunggu kunci pintu dibuka sebelum bisa masuk ruangan. Kalau dari Kalibatanya berangkat jam 6.30, yah siap-siap terjebak macet. Jadi enaknya jalan kaki, saya bisa berangkat lewat jam 6.30 atau sampai jam 7.00, dalam tempo setengah  jam sampailah di kantor. Bisa lebih cepat dan tidak stress terjebak macet.
Kalau pulangnya bisa lebih santai lihat-lihat jalan, bisa lihat kemacetan dan orang-orang pada tidak sabaran. Meskipun juga harus hati-hati jalan di trotoar yang diserobot oleh pengendara motor dan bahkan mobil. Dari duren tiga ke jalan pasar minggu, bisa lewat jalan kecil yang ada sebelum rumah sakit, yaitu lewat jalan potlot. Di jalan Potlot III akan lewat rumah atau markasnya kelompok music Slank. Sering-sering di jalan di depan markasnya Slank banyak berkumpul fansnya kelompok music ini. Mereka tampak militant dan memiliki ciri khas yang mudah dikenali. Mungkin kalau saya lebih muda tigapuluh tahun bisa-bisa ikutan jadi fans nya Slank. Kalau sekarang tentunya sudah terlalu tua.
Markas grup Slank

Nyebrang lewat traffic light pasar minggu – kalibata, sampailah di kompleks Taman makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Kalau sore hari biasanya di traffic light seperti pagi hari, padat. Tapi di bagian Taman yang dipagar di TMP Kalibata kita bisa melihat ada rusa. Seingat saya rusa-rusa tersebut dipelihara sejak awal tahun 2012. Kadang-kadang banyak juga pemotor atau orangtua membawa anak  “rekreasi gratis” melihat rusa. Anak-anak kan senang sama binatang, apalagi yang bukan binatang peliharaan seperti rusa. Bisa-bisa rame disitu , karena ada pedagang yang menjual wortel untuk diberikan kepada rusa-rusa. Jadi rusanya datang kerena ada makanan yang diberikan.
Rusa di taman Kalibata
Memang TMP kalibata sebenarnya tempat yang cukup menarik untuk dilihat. Selain bangunan atau objek utamanya, serta taman terbuka yang rindang dengan tanaman dan rusa-rusa liar. Ada lagi kolam yang cukup luas. Yang bisa jadi tempat rekreasi atau wisata.
Gerbang Utama TMP Kalibata


Kolam di TMP Kalibata
Saya tidak tahu apakah hal tersebut memungkinkan atau dibolehkan oleh undang-undang dan peraturan yang berlaku. Tapi mungkin bagi masyarakat umum kunjungan ke TMP bisa jadi akan lebih menanamkan jiwa kebangsaan dan kebanggaan akan semangat berbangsa dan serta semangat kepahlawanan dari para pahlawan yang dimakamkan di TMP tersebut.
Sebagai perbandingan, waktu saya dan istri  berkesempatan mengunjungi Malaysia, salah satu tempat  yang dipromosikan oleh pemerintah Malaysia sebagai objek wisata adalah mengunjungi Taman makam Pahlawan. Kunjungan ke Taman Makam Pahlawan tersebut dikemas sedemikian rupa agar dikunjungi oleh para wisatawan sebagai Kuala Lumpur City Tour.

 
Bersama istri di TMP Kuala Lumpur


Demikianlah serba sedikit catatan pengalaman W2W antara kalibata dan Duren Tiga. Mudah-mudahan dapat dipakai sebagai perbandingan dan bisa mendorong kita untuk lebih sering berjalan kaki, baik ke kantor maupun ke tempat lainnya. Jalan kaki akan menyehatkan, menghemat biaya, menurunkan stress, sebagai sarana rekreasi dan juga akan mengurangi emisi gas CO2 ke udara.
Bagaimana pendapat anda ?
Jakarta, 22 Agustus 2013
--------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar