Antara
tanggal 11 sampai 13 Nopember 2013 saya mengikuti undangan dari PLN Udiklat
Makassar sebaggai salah satu narasumber untuk review dan revisi materi diklat
pengoperasian dan pemeliharaan PLTMH dan Diklat Basic Design PLTMH.
Pada
kesempatan tersebut hadir saya dari PLN Puslitbang, Pak Budi Setianto dari
Divisi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) Kantor Pusat, Pak Muchsin dari
Pusdiklat dan Pak Kurnia dari Pusharlis. Sedangkan dari Udiklat Makassar Pak Ramli dan Pak Agung Bayu.
Kami mendapat tugas untuk membahas dan mengevaluasi materi diklat yang telah
disusun pada bulan April sampai Mei 2013, dan telah dilaksanakan pelatihannya
pada bulan Mei dan Juni 2013. Dengan telah dilakukannya pelatihan, maka evaluasi
dimaksudkan untuk menyempurnakan materinya sehingga lebih efektif dan tepat
sasaran untuk memberikan kompetensi sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Hal
tersebut sejalan dengan Visi Misi PLN Pusdiklat yang sekarang juga merupakan
Corporate University PT PLN, dimana PLN Udiklat Makassar sebagai bagian dari
Corporate University PT PLN telah ditunjuk sebagai Renewable Energi Academy,
yang tugasnya mengembangkan dan menyelenggarakan diklat dan pembelajaran bidang
pembangkit listrik berasal dari energi
baru dan terbarukan. Salah satu diklat energi baru dan terbarukan yang
dikembangkan oleh Udiklat Makassar adalah diklat PLTMH, baik sisi operasi dan
pemeliharaan, basic design, serta studi kelayakannya.
PLN Udiklat Makassar |
Untuk
memperkaya wawasan kami dalam pelaksanaan review materi, maka pada hari kedua diskusi
dan pembahasan, yaitu pada Selasa 12 Nopember 2013 kami melakukan kunjungan ke
PLTA Tangka - Manipi yang dimiliki oleh Swasta, yaitu PT Sulawesi Mini Hidro
Power yang terletak di desa Manippi Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.
PLTM (atau juga bisa disebut PLTM karena kapasitas totalnya 10 Mega Watt yang
merupakan batas antara sebutan PLTM dan PLTA) merupakan perusahaan IPP
penanaman modal asing dari Norwegia dan resmi beroperasi mulai beroperasi pada
tanggal 18 Januari 2011 atau hampir tiga tahun yang lalu.
Perjalanan
kami mulai pukul 8.30 pagi dari PLN Udiklat Makassar di Mawang menuju arah
Malino, perjalanan melewati tepian waduk Bili-Bili dan semakin menanjak ke arah
Malino. Semakin mendekati Malino kontur jalan semakin menanjak menyususuri
punggung bukit dan berkelok-kelok. Udara pun semakin sejuk dan dingin, nun jauh
di arah kanan terlihat gunung Bawakaraeng yang tertutup kabut. Pada jam 10.30
sampailah kami di Malino, suatu kota kecil yang merupakan daerah wisata yang
konon dibangun oleh Belanda sebagi tempat rekreasi. Udaranya cukup sejuk dan
mungkin dapat disamakan dengan puncak. Saat kami sampai di Malino suasananya
tidak ramai, juga tidak banyak wisatawan yang sedang berkunjung. Karena memang
pada hari selasa yang merupakan hari kerja. Lain halnya pada saat akhir pekan
atau saat libur sekolah suasananya akan lebih ramai.
Di
tengah kota Malino pada daerah yang disebut kebun Pinus kami singgah dan minum
kopi dan teh sejenak. Di sepanjang jalan di sekitar tempat tersebut banyak
warung-warung yang menjual makanan, bukan hanya minuman, tetapi juga lengkap
dengan warung nasi, coto, konro dan berbagai makanan lainnya. Memang lokasi
tersebut cukup sejuk dan menjadi favorit para wisatawan.
Setelah
beristirahat dan minum teh dan kopi hangat, kamipun melanjutkan perjalanan kea
rah barat mengikuti jalan poros Malino – Sinjai. Perjalanan masih
berkelok-kelok, namun kali ini menurun karena kota Sinjai sendiri terletak
dipantai Barat. Perjalanan tersebut masih memerlukan waktu selama 1,5 jam, maka
sampailah kami di Kecamatan Sinjai Barat yang merupakan lokasi PLTA Tangka –
Manipi. Dari Manipi, kami keluar dari jalan poros kea rah kiri menuju lokasi
PLTA. Jalan menuju lokasi tersebut sangat curam, belokan tajam, menurun dan
sebagian rusak dan berlumpur sehingga cukup menegangkan menempuh jarak yang
hanya sekitar 3 km tersebut.
Power House |
Akhirnya
sampailah kami di lokasi Power House PLTA Tangka - Manipi terletak di desa
Tasiliu Kecamatan Sinjai Barat. PLTA tersebut memiliki kapasitas total sebesar
10 MW dan terdiri dari 2 buah turbin dengan kapasitas masing-masingnya 6,5
MW dan 3,5 MW. Putaran masing-masing
turbin adalah 750 dan 1000 rpm.
Turbin Generator 3,5 MW |
Head
PLTA tersebut adalah 186 meter,
sedangkan debitnya sekitar debit 4,5 m3/detik. Untuk mendapatkan head yang
tinggi tersebut air dari intake dialirkan lewat non pressure tunnel sepanjang
sekitar 1.700 meter dengan diameter bervariasi mulai 2,0 m , 1,9 m dan 1,8
m. Selanjutnya diturunkan melalui pipa
pesat sepanjang 300 meter dengan diameter 1,8 m. Baik saluran air (non pressure
tunnel) dan pipa pesat konstruksinya merupakan pipa yang tertimbun tanah
sehingga tidak dapat dilihat.
Turbin Generator 6,5 MW |
Menurut
informasi yang diberikan Pak Iwan yang bertindak mewakili PT Sulawesi Mini
Hidro Power, dengan pemilihan saluran low pressure berupa pipa, meskipun
harganya lebih mahal dari open-channel, maka terhindar dari bahaya longsor.
Karena lokasinya yang sangat curam dan di punggung atau lereng, kalau berupa
saluran terbuka dapat saja tersumbat oleh adanya tanah yang longsor dan merusak
saluran. Satu hal yang dapt dijadikan pelajaran karena sering dalam pembangunan
PLTM dipaksakan untuk membangun saluran terbuka, padahal saluran tersebut
melalui sisi lerang yang sangat rawan lonsor. Akibatnya maksud untuk menghemat
tersebut berakibat fatal, terjadi longsor dan akhirnya juga terpaksa diganti
dengan pipa
Generator
mempunyai tegangan 6,6 kV, dan selanjutnya dinaikkan tegangannya oleh Main
Transformer menjadi 20 kV dan terhubung dengan system 20 kV menuju Sinjai. Yang
menarik seluruh pengoperasian PLTA tersebut dilakukan hanya oleh satu panel
control dan dengan system touch screen. Dengan system tersebut seluruh
pengoperasian pembangkit dapat dilakukan oleh satu orang. Dimulai dari
melakukan konfirmasi untuk siap operasi ke Pusat Pengatur Beban. Selanjutnya
operator hanya menekan tombol atau layar untuk operasi, serta konfirmasi
operasi. Langkah lainnya telah diatur oleh computer yang melakukan sekuen atau
step pengoperasian. Mulai dari mengecek kondisi air, membuka main inlet valve,
membuka guide vane, running, eksitasi, sinkron ke transmisi, naik beban dan
operasi. Komputer juga akan melakukan sekuen stop operasi kalau terjadi
gangguan, atau operator menekan layar untuk stop operasi. Jadi benar-benar
seperti pesawat terbang yang bisa beroperasi secara auto pilot.
Layar Operasi Touch Screen |
Pemantauan
muka air dilakukan secara manual pada lokasi weir / intake sebanyak 4 kali dalam
sehari, yaitu pukul 07.00 , 11.30, 16,30 18.00 dan 21.00. Sedangkan laporan
operasi juga empat kali setiap hari yaitu pada pukul 06.00, 13.00, 19.30 dan
24.00. Laporan tersebut langsung dioleh oleh computer dabn dilaporkan ke
Makassar, Jakarta dan Norwegia. Sedangkan pemeliharaan tahunan selalu dilakukan
tepat waktu selama 2 minggu. Dalam pemeliharaan tahunan tersebut air di saluran
dikeringkan dan dilakukan inspeksi sepanjang saluran. Pada saat tersebut
dilakukan pemeliharaan pipa sehingga kondisinya kembali prima. Demikian juga halnya pada turbin, generator,
transformer dan transmisi.
Dengan
mutu instalasi yang baik serta pemeliharaan yang disiplin tersebut tidak heran,
PLTA tersebut dapat beroperasi secara sempurna dan mampu memenuhi target
produksi selama 2 tahun berturut-turut. Bahkan pada tahun ketiga ini mereka
optimis produksi listrik akan melampaui target yang telah ditetapkan pada
dukumen PPA (Power Purchase Agreement).
Lingkungan
sekitar pembangkit juga terjaga dengan dilakukannya penghijauan di sekitar
lokasi bangunan pembangkit. Terlihat deretan pohon-pohon jati putih yang berumur
sekitar 2 tahun. Jadi selain berfungsi sebagai penghijauan di sekitar
instalasi, penanaman jati putih tersebut juga memiliki nilai ekonomi. Karena
jenis jati tersebut merupakan jenis yang cepat tumbuh besar menghasilkan kayu.
Dalam waktu 7 atau 8 tahun dapat dipanen memberi pemasukan kepada perusahaan.
Jati putih di sekitar Tailrace |
Tanpa
terasa kami sudah 2 jam berada di lokasi PLTA Tangka Manipi. Tiba saatnya untuk
mohon diri dan kembali ke Mawang. Terima kasih kepada Pak Iwan dan Pak Ashar
yang telah menerima kami dengan baik. Memberi informasi yang sangat berguna
untuk pengembangan diklat Minihidro. Dan tak ketinggalan kami juga disuguhi makan
siang yang lezat. Sekali lagi terima kasih. Sampai jumpa lagi.
Jakarta,
15 Nopember 2013
-----------------------------
Tulisan Terkait Lain :
Alhamdulilah project ini akhirnya berjalan..... saya pernah ikut dalam proses pembebasan tanahnya ...
BalasHapus