Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik, Wisata Padang Sumatra Barat, Umroh Makkah Madinah, Wisata Singapore, Wisata Phuket Thailand, Wisata Karimunjawa, Wisata Malang Bromo, Wisata Ende Flores, Wisata Tidung Kepulauan Seribu, Wisata Pangandaran, Wisata Bandung, Wisata Malang Batu, Wisata Melaka Kuala Lumpur, Wisata Penang Malaysia
Antara tahun 1970 an sampai 1990 an PLN banyak membangun PLTASK (Pembangkit
Listrik Tenaga Air Skala Kecil), yaitu PLTA dengan kapasitas terpasang di bawah
1 Mega Watt. Menurut data yang ada (Subari Rudi, Tonny Sarief dan Sriyanto,
2002) PLTASK terpasang milik PLN, termasuk yang dibangun sebelum tahun 1970-an
dan yang ada sejak zaman Belanda, sebanyak 64 buah. Dari 64 buah PLTASK
tersebut, hanya 4 PLTASK yang kapasitasnya di atas 1 MW. Yang menarik cukup banyak PLTASK tersebut yang tidak
beroperasi, dengan berbagai sebab antara lain : kerusakan EM (elektromekanik),
dam retak, masalah air, direlokasi, longsor.
Dalam hal penyebab tidak beroperasinya PLTASK akibat masalah air memang
merupakan hal yang banyak ditemukan karena dengan rusaknya lingkungan hutan
maka air yang mengalir untuk menggerakkan turbin PLTA tidak mencukupi lagi,
demikian juga jika sumber air untuk PLTASK
yang dipakai bersama-sama dengan keperluan lain seperti irigasi atau air
minum, akan timbul kesulitan jika jumlahnya terbatas sehingga keperluan untuk
irigasi dan air minum lebih diprioritaskan dibanding sebagai penggerak tenaga
listrik.
Namun jika penyebab tidak beroperasi PLTASK tersebut adalah karena
kerusakan elektromekanik, maka terdapat peluang untuk melaksanakan renovasi dan
perbaikan sehingga dapat beroperasi kembali. Lebih-lebih lagi dengan semakin
tingginya harga BBM, maka dengan melaksanakan renovasi sehingga PLTASK-PLTASK
tersebut dapat beroperasi kembali merupakan langkah efisiensi yang cukup
berarti. Tentunya dengan melakukan survey dan studi terlebih dahulu untuk
menentukan apakah suatu PLTASK layak secara teknis dan ekonomis untuk
direnovasi, atau akan lebih efisien jika tidak direnovasi.
Pada kesempatan ini penulis ingin membahas perbandingan antara turbin
Francis yang umumnya dipakai pada PLTASK yang mengalami kerusakan
elektromekanik dengan turbin Cross-flow, serta melihat peluang untuk melakukan
renovasi PLTASK tersebut dan mengganti
turbinnya menjadi type Cross-Flow.
Jenis-Jenis Turbin Air
Turbin mempunyai fungsi untuk mengubah energi ketinggian air menjadi daya
putaran poros. Pemilihan
jenis turbin air yang dipakai pada PLTMH tergantung pada karakteristik site
tempat lokasi PLTMH tersebut, terutama tinggi head serta besar aliran air yang
ada.
Setiap turbin mempunyai kecepatan putar tertentu, dimana turbin tersebut
akan beroperasi dengan efisiensi terbaik pada kombinasi head dan debit
tertentu. Turbin air dapat dibagi atas head tinggi, head menengah dan head
rendah. Sedang dari segi beroperasinya turbin air dibedakan atas turbin impuls
dan turbin reaksi.
Berdasarkan head dan jenisnya turbin air dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Head tinggi
|
Head Menengah
|
Head rendah
|
|
Turbin impuls
|
Pelton
Turgo
|
Cross-flow
Multi-jet pelton
Turgo
|
Cross-flow
|
Turbin reaksi
|
Francis
|
Propeller
Kaplan
|
Masing-masing jenis turbin di
atas mempunyai daerah operasinya sesuai
dengan head dan debit air. Kisaran daerah operasi yang cocok untuk
masing-masing turbin air, dapat dilihat pada grafik gambar berikut :
Grafik Debit air Vs Head netto Kisaran
Operasi Turbin Air(British
Hydro Association)
Grafik di atas memperlihatkan kisaran operasi turbin air sesuai dengan
tinggi jatuh (Head) dan debit. Dari grafik tersebut terlihat bahwa kisaran
daerah turbin Francis banyak yang overlap dengan daerah operasi turbin jenis
cross-flow. Hal tersebut berarti suatu
PLTASK yang jenis turbinnya Francis memungkinkan untuk diganti dengan turbin
jenis lain seperti Cross-flow jika kombinasi head dan debitnya berada pada
kisaran daerah turbin yang bersangkutan pada grafik di atas.
Turbin Francis merupakan jenis turbin reaksi yang dalam operasinya sudu
putar (runner) terendam oleh air dan
bertekanan. Sudu runner mempunyai profil sehingga perbedaan tekanan
antara satu sisi dengan sisi lainnya sehingga menimbulkan gaya, seperti sayap pesawat terbang. Gaya tersebut yang
menyebabkan runner berputar.
Sedangkan pada turbin Cross-flow
yang merupakan jenis turbin impuls terjadi hal yang sebaliknya, runner
turbin beroperasi di udara (tidak
terendam air), runner tersebut diputar oleh adanya semprotan (jet) air. Pada kondisi tersebut tekanan air sama
dengan tekanan udara luar (atmosfir) baik sebelum maupun sesudah mendorong sudu
turbin.
Kurva efisiensi
Masing-masing jenis turbin
memiliki kurva efisiensi yang berbeda jika beroperasi pada bermacam debit
aliran air. Sebuah turbin biasanya didesain untuk beroperasi pada atau di dekat
titik efisiensi terbaiknya (best
operating point) yang biasanya terletak pada laju aliran air (debit) sebesar 80
% laju aliran maksimum.
Jika turbin beroperasi pada debit
yang lebih rendah atau lebih tinggi dari titik efisiensi terbaiknya maka efisiensi hidrauliknya akan turun. Hal
tersebut dapat dilihat dari diagram efisiensi berbagai jenis turbin air pada
berbagai debit pada gambar 2.
Gambar 2 :
Diagram efisiensi Turbin Air
(Sumber : British Hydro Association)
Dari kurva di atas terlihat bahwa untuk turbin jenis Pelton dan Kaplan
efisiensi hidrauliknya tetap tinggi meskipun beroperasi pada debit yang lebih
rendah dari debit nominalnya. Namun
untuk turbin air jenis Francis dan aliran silang (cross-flow), tingkat
efisiensi hidraulik akan turun secara tajam jika beroperasi pada debit dibawah
70 % debit nominal. Sedangkan untuk turbin propeller tipe sudu yang fixed
(tidak dapat diatur), tingkat efisiensi akan turun sangat tajam jika beroperasi
di bawah 90 % debit nominal.
Turbin Francis
Turbin Francis dapat berupa
volute-case ataupun type open-flume. Konstruksi rumah keong (spiral case)
memungkinkan air terdistribusi secara uniform sepanjang perimeter dari runner
dan guide vane menyalurkan air tersebut pada sudut yang tepat. Sudu runner merupakan profil yang kompleks
dan terendam air. Dorongan air ke sudu runner memindahkan energi air ke runner
sebelum air tersebut keluar turbin lewat draft tube.
Turbin Francis biasanya mempunyai
guide-vane yang dapat diatur (adjustable). Gerakan guide-vane ini mengatur
aliran air yang masuk ke runner dan biasanya dihubungkan dengan system governor
yang mengatur besar laju aliran air. Jika aliran air berkurang maka efisiensi
turbin juga turun.
Potongan
Turbin Francis (Sumber : PLN Udiklat
Padang)
Turbin Cross-flow
Turbin aliran silang atau
cross-flow ini disebut juga sebagai turbin Michell-Banki yang menjadi penemu
turbin jenis ini. Turbin ini juga sering
disebut sebagai turbin Ossberger, yaitu nama perusahaan di Eropa yang telah
memproduksinya sejak lebih dari 50 tahun yang lalu. Turbin ini mempunyai runner yang
berbentuk seperti drum yang mempunyai 2
atau lebih piringan paralel yang masing-masingnya dihubungkan oleh susunan sudu
yang berbentuk lengkung.
Turbin air type Cross-Flow (Sumber : PLN Jasa
& Produksi)
Turbin cross-flow mempunyai keunggulan dimana dapat diatur agar agar
efisiensinya tetap tinggi meskipun aliran air yang mengalir sangat kecil
sekali, misalnya hanya seperempat atau 25 % dari debit aliran penuh / nominal. Hal
tersebut dapat dilihat pada gambar, dimana
runner turbin cross-flow tersebut dilengkapi piringan (disc) ditengah-tengah
piringan yang ada, sehingga runner turbin menjadi 3 (tiga) bagian. Dengan cara tersebut maka jika aliran air
(debit) yang ada sedang rendah, maka air dapat dialirkan hanya pada dua pertiga
maupun sepertiga dari runner, dengan demikian efisiensinya turbin secara
keseluruhan tetap tinggi meskipun aliran air yang ada hanya sebesar 25 % debit
nominal. .
Efisiensi aliran sebagian turbin cross-flow ( www.microhydropower.net)
Mengganti Francis dengan Cross-Flow
Turbin cross-flow ini banyak dipakai pada PLTA skala kecil dengan kisaran
head yang sama (overlapping) dengan turbin jenis Kaplan, Francis dan Pelton. Kisaran operasinya meliputi debit antara
20 liter sampai 10 m3 per detik, serta head antara 1 sampai 200 meter. Turbin
cross-flow ini selalu mempunyai sumbu
runner yang horizontal (tidak seperti turbin Pelton,dan Turgo yang dapat
horizontal maupun vertical). Dengan demikian karena mempunyai kisaran head yang
sama dengan jenis turbin lainnya, khususnya turbin Francis, maka turbin
cross-flow ini dapat dipakai untuk mengganti turbin Francis yang rusak pada
PLTASK.
Mengingat kisaran operasi antara turbin Francis dan Cross-flow yang overlap
tersebut, penulis menyarankan agar untuk PLTASK yang rusak dikaji
kemungkinannya mengganti dengan turbin jenis cross-flow, dengan pertimbangan
berikut :
- Langkah awal tentunya melakukan asesmen pada kondisi PLTASK yang tidak beroperasi. Jika kondisi turbin generator relatif baik dan dapat direkondisi maka tidak perlu dilakukan penggantian turbin. Namun untuk PLTASK yang rusak parah maka turbin cross-flow harus dipertimbangkan penggunaannya.
- Turbin cross-flow yang merupakan jenis turbin impul harganya lebih murah dari turbin reaksi karena tidak memerlukan casing yang mampu menahan tekanan tinggi, juga tidak memerlukan clearance yang sangat teliti.
- Kisaran operasi turbin cross-flow cukup fleksibel pada berbagai head dan debit, khususnya untuk daya sampai 1 MW.
- Desain turbin cross-flow lebih fleksibel, dimana untuk kisaran debit dan head yang berbeda ukuran diameter turbin air tetap sama, manufacturer tinggal mengatur lebar turbin dan transmisi mekanik yang sesuai. Dengan demikian memungkinkan untuk produksi massal tanpa harus memesan desain khusus.
- Turbin Francis yang banyak dioperasikan pada PLTASK dan sekarang kondisinya rusak umumnya merupakan desain khusus yang tidak diproduksi lagi, sehingga kalau sekarang kita ingin menggantinya dengan type yang sama maka harus memesan secara khusus dengan harga mahal.
- Turbin type cross-flow saat ini telah banyak diproduksi di dalam negri sehingga terbuka untuk memperoleh dengan harga lebih murah dan mutu yang baik.
Demikianlah usul yang dapat penulis sampaikan, mudah-mudahan menjadi
pertimbangan untuk merenovasi dan
mengoperasikan kembali aset-aset PLTASK
yang rusak sehingga memberi manfaat yang optimal dan meningkatkan
efisiensi.
-----------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar