Dipicu oleh semangat untuk
mengurangi ketergantungan terhadap sumber-sumber energy fosil yang bersifat
tidak terbarukan, serta timbulnya kesadaran
internasional terhadap isu pencemaran lingkungan seperti yang disepakati
pada Protocol Kyoto atau UNFCCC (United Nation Framework Convention on Climate
Change) pada tahun 1997, dimana Negara-negara maju diwajibkan untuk
mengendalikan dan mengurangi emisi karbon hingga turun mencapai angka sebelum
tahun 1992, pemanfaatan energy baru dan terbarukan telah meningkat secara
signifikan. Salah satunya adalah pemanfaatan energy angin untuk membangkitkan
tenaga listrik.
Berdasarkan
data yang ada hingga akhir tahun 2010 kapasitas terpasang energi angin di dunia
telah mencapai 194,4 Gigawatt. Padahal pada tahun 1996 kapasitas terpasang PLTB
(Pembangkit Listrik Tenaga Bayu baru sebesar 6,1 Gigawatt). Laju peningkatan kapasitas pembangkit listrik
tenaga angin tersebut sangat signifikan, dengan pertumbuhan rata-rata antara 13
– 20 % per tahun. Sedangkan negara-negara yang memiliki pembangkit listrik
tenaga bayu yang terbanyak adalah China (44.733 MW), Amerika Serikat (40.180
MW), Jerman (27.215 MW), Spanyol (20.676 MW) dan India (13.065 MW).
Sayangnya
di Indonesia pengembangan teknologi listrik tenaga bayu berkembang sangat
lambat, meskipun penelitian dan pemanfaatan tenaga bayu juga telah dimulai
sejak tahun 1980-an, kapasitas terpasang
PLTB pada tahun 2010, baru sekitar 2 MW. Suatu jumlah yang sangat sedikit dan
sangat menyedihkan. Kenapa hal tersebut terjadi ? Salah satu sebab utama
lambatnya pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu di Indonesia adalah
karena ketidaktahuan tentang teknologi pembangkit listrik tenaga bayu. Listrik
tenaga bayu selama ini dipersepsikan sebagai tenaga listrik yang mahal, masa
pembangunannya lama, bahkan disebut “angin-anginan”
karena besar dan arah angin dapat berubah setiap saat.
Gambar PLTB Lepas Pantai |
Dari
sisi harga tentunya dalam setiap pengembangan teknologi yang baru akan lebih
mahal dibandingkan teknologi yang sudah
ada. Listrik tenaga bayu akan mahal karena peralatannya masih sedikit sehingga
harus diimpor atau diproduksi secara khusus. Pembangunan PLTB juga memerlukan
data angin yang saat ini sangat sedikit tersedia, sehingga setiap pembangunan
PLTB baru harus didahului dengan pengukuran data angin terlebih dahulu.
Pengukuran tersebut memerlukan waktu beberapa bulan sehingga akan memperlama
waktu pembangunannya.
Selanjutnya
karakter PLTB yang tidak dapat menghasilkan listrik secara kontinyu karena
tergantung dari besar dan arah angin setiap saat, sebenarnya merupakan
tantangan yang dapat diatasi oleh teknologi. Secara umum memang setiap
pembangkit listrik memiliki batasan-batasan operasi. PLTA akan beroperasi
sesuai dengan air yang tersedia, PLTS tergantung cahaya matahari, demikian juga
pembangkit listrik jenis lain akan tergantung pada pasokan bahan bakar,
disamping masing-masingnya memerlukan waktu untuk pelaksanaan pemeliharaan
mesin.
Prinsip Kerja PLTB
Pembangkit listrik tenaga bayu
bekerja dengan memanfaatkan energi angin sebagai penggeraknya. Berdasarkan
hukum kekekalan energi disebutkan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau
dihilangkan, energi hanya dapat berubah bentuk. Setiap benda yang bergerak –
seperti udara yang bergerak- mengandung energi yang disebut energi kinetic. Jika
kecepatan udara berkurang maka energi kinetiknya berkurang, namun energi
tersebut tidak hilang, hanya berubah menjadi energi lain. Pada turbin angin,
angin yang mengenainya akan berkurang kecepatannya, dan diubah menjadi energi
bentuk lain yaitu energi mekanik. Turbin yang dihubungkan dengan generator akan
menghasilkan energi listrik.
Jumlah energi kinetic angin
dapat dihitung dengan rumus berikut :
Ek
= ½ mV2 , dimana m = massa
(dalam kg), v = kecepatan (dalam m/s).
Sedangkan daya angin
yang melintas tegak lurus pada turbin
adalah :
P
= ½ ρV3A ,
dimana :
P
= daya angin (watt),
ρ
= rho = kerapatan udara (dalam kg/m3), (1,225 kg/m3, udara permukaan
laut),
v
= kecepatan angin , m/s ,
A
= Π r2 = luas lingkaran rotor dalam m2,
Π = phi = 3,1416. r = radius
rotor , m.
Suatu turbin angin akan
mengurangi kecepatan angin dan merubah energi kinetiknya, namun tidak semua energi
kinetic tersebut dapat diubah. Ahli fisika jerman, Albert Betz pada tahun 1919
menemukan batas tertinggi besar energi kecepatan angin yang dapat ditangkap, yaitu
sebesar 16/27 atau sekitar 59 %. Namun
secara prakteknya turbin angin yang ada hanya dapat menghasilkan energi lebih
rendah dari nilai hipotetis maksimum tersebut.
Daya actual yang
diperoleh turbin angin adalah sebagai berikut :
P
= Cp η ½ ρ V2 A
Terdapat 2 parameter
baru yang ditambahkan, yaitu :
Cp = koefisien daya turbin
η
= eta = efisiensi mekanik & elektrikal turbin.
Nilai Cp harus lebih
rendah dari batas Betz. Pada prakteknya nilai tersebut tergantung pada
kecepatan angin, turbulensi dan kondisi operasi; contoh nilai tersebut sekitar
44 % untuk turbin skala komersil pada kecepatan angin 10 m/s. Sedangkan kisaran
η sekitar 90 %.
Bagian-bagian PLTB
Pembangkit listrik
tenaga bayu adalah pembangkit yang menghasilkan listrik dengan memanfaatkan
energy kinetic angin. Komponen utama dari PLTB adalah turbin angin yang akan
mengubah gerakan angin menjadi putaran poros turbin, putaran turbin tersebut
dihubungkan dengan generator setelah putarannya diubah oleh gearbox. Listrik yang
dihasilkanselanjutnya dialirkan ke trafo. Trafo akan menaikkan tegangan listrik dan disalurkan ke jaringan distribusi. Adapun bagian-bagian typical
turbin generator adalah sebagai berikut :
Rotor atau bagian yang berputar turbin terdiri dari
sudu (rotor blade) dan poros turbin. Poros turbin dihubungkan dengan poros
generator oleh roda gigi pada gearbox sehingga putarannya sesuai dengan
kebutuhan. Komponen-komponen poros turbin, gearbox, generator, termasuk system control,
rem dan bantalan-bantalan terlindung dari cuaca pada rumah turbin generator (nacelle)
yang juga berfungsi untuk mengurangi kebisingan mekanik
Komponen PLTB |
Komponen nacelle dan sudu turbin disangga oleh menara yang merupakan
struktur baja yang kuat untuk menahan beban berat, beban putar dan angin besar.
Untuk PLTB berkapasitas besar menara tersebut biasanya berbentuk tabung dan
dilengkapi tangga untuk akses pemeliharaan turbin dan generator. Selain sebagai
penyangga, adanya menara juga akan memungkinkan turbin terpapar pada aliran
angin yang lebih cepat yang berada pada lapisan atas.
Pada kaki menara atau tower dilengkapi fondasi
dari beton yang diperkuat baja tulangan. Pada daerah rawa atau di lepas pantai,
fondasi harus ditopang tiang pancang.
Komponen Lainnya :
Komponen utama turbin angin adalah
sudu turbin, gearbox, generator dan rumah. Namun agar PLTB dapat berfungsi
secara efektif dan efisien, maka dewasa ini umumnya turbin-turbin ukuran medium
dan besar yang dioperasikan secara komersil, umumnya dilengkapi dengan
peralatan-peralatan tambahan sebagai berikut :
- Yaw (pengatur arah poros turbin) mempunyai fungsi untuk memutar arah turbin sehingga berhadapan pada sudut 90 º menyongsong angin datang. Dengan posisi tersebut maka energy yang angin yang diterima akan maksimal. Jika kecepatan angin yang terlalu tinggi, maka yaw dapat mengubah arah rotor turbin agar terhindar dari kerusakan.
- Up-wind turbin : Adakalanya arah angin yang datang tidak parallel dengan permukaan laut, pada turbin yang modern dilengkapi dengan pengatur sudut yang akan menyongsong arah angin.
- Cut-in speed : adalah kecepatan angin minimum dimana turbin mulai menghasilkan atau membangkitkan tenaga listrik. Biasanya produksi energy listrik diatur mulai kecepatan angin lebih besar dari 4 m/ detik.
- Cut-out speed : adalah kecepatan angin maksimum dimana turbin harus shut-down dan mengubah arah untuk melindungi dari kerusakan akibat terlalu cepatnya aliran angin. Biasanya cut-out speed diatur pada kecepatan 25 m/ detik.
- Variable-speed turbine : beberapa turbin dilengkapi pengatur elektronik yang memungkinkannya dapat mengoptimalkan daya output dengan mengatur kecepatannya, contohnya antara 10 sd 20 rpm. Type lainnya variasinya hanya kecil atau tidak dapat diatur sama sekali. Turbin dengan variable speed akan menaikkan kecepatannya jika kecepatan angin meningkat untuk mengoptimalkan efisiensi aerodinamiknya
- Variable-blade pitch : turbin yang dapat mengatur sudut sudunya (pitch) sehingga dapat mengoptimalkan unjuk kerjanya.
Perkembangan Teknologi
Pembangkit listrik tenaga bayu
merupakan pemanfaatan energy terbarukan yang berkembang sangat pesat pada decade
terakhir. Selain dari segi kapasitasnya, teknologi PLTB juga maju dengan sangat
pesat. Kemajuan teknologi tersebut mencakup kapasitas pembangkit listrik, turbin
kecepatan rendah, efisiensi serta teknologi konstruksi PLTB di lepas pantai.
- Kapasitas PLTB :
Kapasitas satu unit pembangkit
listrik tenaga bayu sekarang semakin meningkat. Pada skala komersil sekarang
dikenal 3 ukuran, yaitu untuk skala residensial, medium dan komersil. Skala
residensial memiliki kapasitas di bawah 30 kW dengan diameter turbin 1 – 13 meter
dan tinggi menara antara 18 sampai 37 meter. PLTB ukuran medium memiliki
kapasitas antara 30 sampai 500 kW, dengan diameter turbin 13 – 30 meter dan
tinggi menara antara 35 – 50 meter. Sedangkan untuk skala komersil kapasitasnya
antara 500 kW sampai 2 MW, diameter turbin 47 – 90 meter, sedangkan tinggi
menara antara 50 sampai 80 meter. Namun berbagai perusahaan di Eropa, Amerika,
India dan China terus mengembangkan untuk memproduksi turbin angin dengan
ukuran lebih besar mencapai kapasitas 5 MW per turbinnya.
- Turbin kecepatan rendah
Mengingat kecepatan angin pada
berbagai tempat tidak sama, maka untuk dapat memanfaatkan semaksimal mungkin aliran
angin, termasuk yang berkecepatan rendah, maka saat ini berbagai penelitian
dilakukan untuk penyempurnaan desain LSWT (low speed wind turbine).
Pengembangkan untuk meningkatkan performance LSWT dilakukan dengan
penyempurnaan aspek aerodinamika turbin angin.
- Efisiensi
Untuk meningkatkan efisiensi PLTB
sehingga dapat memanfaatkan energy angin yang ada, maka diterapkan berbagai
teknologi seperti teknologi material untuk medapatkan material yang cocok bagi
sudu turbin, poros dan generator. Teknologi pengaturan atau control, berupa
pengaturan yaw, up-wind, cut-in speed, cut-out speed, variable-speed dan variable-blade
pitch,
- Konstruksi lepas pantai
Pengembangan teknologi konstruksi
PLTB di lepas pantai merupakan kegiatan yang sangat banyak dilakukan oleh negara-negara
maju dalam pengembangan tenaga bayu. Hal tersebut disebabkan karena angin yang
bertiup di daratan mempunyai banyak
hambatan geografis, sehingga kecepatan dan intensitasnya lebih kecil dari angin
yang bertiup di laut atau lepas pantai. Dengan demikian pengembangan teknologi
untuk memasang PLTB di lepas pantai atau laut semakin maju, yaitu dengan
semakin besarnya ukuran PLTB per unitnya. Pengembangan teknologi tersebut juga
mencakup metoda konstruksi fondasi, transmisi kabel laut, hydrodynamic load dan
struktur tower.
Catatan Akhir
Dengan melihat telah begitu majunya
perkembangan teknologi dan pemanfaatan energy angin pada pembangkit listrik
tenaga bayu di berbagai Negara. Kita perlu memikirkan bagaimana caranya agar di
Indonesia energy angi juga dapat dimanfaatkan, karena semakin lamasumber-sumber
energy yang berasal dari fosil akan semakin langka dan habis, sementara
kebutuhan manusia akan energy tetap meningkat seperti deret ukur.
Dari sisi kegiatan penelitian dan
uji coba pengembangan PLTB telah banyak dilakukan sejak tigapuluh tahun yang lalu.
Namun dalam implementasi secara komersil hal tersebut sulit dilakukan karena dalam
pembangunan pembangkit ini langsung berhadapan dengan pembangkit jenis lain
yang telah berkembang sejak berpuluh bahkan ratus tahun yang lalu. Lebih-lebih jika dibandingkan
dengan pembangkit berbahan bakar fosil yang disubsidi. Jelas harga listrik yang
dihasilkan oleh PLTB akan lebih mahal dibandingkan pembangkit lain.
Oleh sebab itu diperlukan dukungan
dari pemerintah agar pada tahap awal pengembangannya tidak dihitung hanya dari
berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan listrik per kWH dari
pembangkit ini. Harga listrik tersebut dengan sendirinya akan turun jika telah
tercapai skala ekonomi dalam pengembangan PLTB. Jadi seperti ayam dan telur,
yang mana duluan. Jika harga listrik dari PLTB dituntut lebih rendah dari
pembangkit jenis lain, maka tidak akan ada pembangunan PLTB di Indonesia.
Namun ada jalan tengah untuk
mengembangkan PLTB, misalnya dengan menerapkan proporsi pengembangan PLTB disbanding
pembangunan pusat listrik yang lain. Misalnya dalam waktu 10 tahun dari
sekarang kapasitas terpasang PLTB sebesar 1 % total pembangkit listrik.
Angkanya akan sangat luar biasa, 1 % dari 50.000 MW berarti 500 MW. Kalau 2 per mil misalnya, kisarannya akan
mencapai 100 MW. Suatu jumlah yang cukup signifikan dan jika terealisir akan
dapat memajukan pemanfaatan energy angin di Indonesia dan dapat berkompetisi
dengan berbagai pembangkit listrik yang lain.
Semoga hal tersebut dapat terwujut.
Bumi harus diselamatkan dari efek rumah kaca.
Jakarta,
12-12-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar