Silahkan Klik Topik Lainnya :
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik, Wisata Padang Sumatra Barat, Umroh Makkah Madinah, Wisata Singapore, Wisata Phuket Thailand, Wisata Karimunjawa, Wisata Malang Bromo, Wisata Ende Flores, Wisata Tidung Kepulauan Seribu, Wisata Pangandaran, Wisata Bandung, Wisata Malang Batu, Wisata Melaka Kuala Lumpur, Wisata Penang Malaysia
PLN telah memutuskan untuk membangun PLTA Pompa Cisokan (Upper Cisokan Pumped Storage Plant ) yang lokasinya 40 km sebelah barat kota Bandung. Konstruksi PLTA tersebut dimulai tahun 2012, dan diharapkan unit pertama dari 4 unit yang dibangun akan komisioning pada tahun 2016. PLTA Pompa Cisokan mempunyai kapasitas total sebesar 1.040 MW ( 4 x 260 MW). PLTA Pompa Cisokan adalah PLTA jenis pompa (pump-storage pertama yang dibangun di Indonesia).
Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik, Wisata Padang Sumatra Barat, Umroh Makkah Madinah, Wisata Singapore, Wisata Phuket Thailand, Wisata Karimunjawa, Wisata Malang Bromo, Wisata Ende Flores, Wisata Tidung Kepulauan Seribu, Wisata Pangandaran, Wisata Bandung, Wisata Malang Batu, Wisata Melaka Kuala Lumpur, Wisata Penang Malaysia
PLN telah memutuskan untuk membangun PLTA Pompa Cisokan (Upper Cisokan Pumped Storage Plant ) yang lokasinya 40 km sebelah barat kota Bandung. Konstruksi PLTA tersebut dimulai tahun 2012, dan diharapkan unit pertama dari 4 unit yang dibangun akan komisioning pada tahun 2016. PLTA Pompa Cisokan mempunyai kapasitas total sebesar 1.040 MW ( 4 x 260 MW). PLTA Pompa Cisokan adalah PLTA jenis pompa (pump-storage pertama yang dibangun di Indonesia).
Untuk menyambut PLTA jenis pompa yang pertama di
Indonesia, berikut penulis membahas tentang latar belakang, aspek teknis dan
ekonomis PLTA jenis ini.
PRINSIP KERJA
Pada PLTA Pompa
terdapat dua buah waduk, yaitu waduk bawah dan waduk atas. Pada saat kebutuhan
beban dalam system tenaga listrik rendah, maka kelebihan daya yang tidak
diserap oleh konsumen dipakai untuk memompa air dari waduk bawah ke waduk atas.
Sedangkan pada saat beban puncak, air yang terkumpul pada waduk atas akan
dialirkan ke waduk bawah untuk memutar turbin dan menghasilkan daya listrik
untuk memenuhi kebutuhan beban puncak.
SUSUNAN INSTALASI MESIN
Pada tahap awal
pengembangannya, susunan mesin pada PLTA pompa mempunyai system atau instalasi
yang terpisah antara pompa dan turbin. Artinya pada suatu PLTA pompa terdapat
suatu instalasi lengkap yang berfungsi sebagai turbin, serta terdapat instalasi
lain yang terpisah berfungsi sebagai pompa. Pada instalasi turbin, terdiri dari
peralatan-peralatan pipa pesat, turbin serta generator. Sedangkan pada
instalasi yang berfungsi sebagai pompa terdapat peralatan motor, pompa dan
pipa.
Pada tahap
pengembangan PLTA pompa selanjutnya ,dengan semakin maju teknologi, maka system
yang terpisah tersebut ditinggalkan sehingga biaya pembangunan PLTA pompa dapat
ditekan lebih rendah karena tidak perlu lagi membangun instalasi mesin ganda
seperti di awal pengembangannya. Dewasa ini instalasi mesin pada PLTA pompa biasanya
terdiri atas 2 variasi sebagai berikut :
- Pada satu poros yang sama terdapat : a. pompa, b. turbin, dan c. motor dan generator yang menyatu (bersifat reversible).
- Pada satu poros yang sama terdapat a. pompa dan turbin yang menyatu (reversible), b. motor dan generator yang bersatu (reversible).
Untuk kedua variasi di
atas, hanya terdapat satu instalasi pipa pesat dan satu buah saluran bawah
(tailrace) yang dipakai secara bolak balik, baik sebagai turbin maupun pada
operasi sebagai pompa.
Turbin dan pompa
biasanya dipasang secara vertical untuk unit-unit berkapasitas besar dan
horizontal untuk unit kecil. Kelebihan susunan variasi 1 dimana turbin dan
pompa merupakan instalasi yang terpisah, dimungkinkan untuk mendapatkan
efisiensi yang optimum, baik pada saat berfungsi sebagai turbin maupun pada
saat pengoperasian sebagai pompa. Sedangkan jika variasi 2 yang dipilih,
efisiensinya tidak seoptimum variasi 1, namun harga instalasi PLTA pompa akan
lebih murah.
Suatu perkembangan
yang unik dari turbin pompa adalah yang dikenal sebagai turbin pompa isogyre.
Pada turbin pompa jenis ini terdapat sudu ganda, dimana sudu pompa (imoeler)
terletak pada atas poros, sedangkan sudu turbin (runner) terletak di bagian
bawah. Turbin dilengkapi dengan sudu pengarah (guide-vane) yang bias disetel
sesuai dengan kondisi beban, sedangkan sudu pengarah pada pompa merupakan sudu
tetap. Katup penutup untuk unit-unit pompa dan turbin berupa cylinder gate di
bagian luar runner dan impeller, sehingga berisi udara (tidak berisi air) pada
saat unit yang bersangkutan beroperasi.
Pada turbin pompa ini
juga terdapat rumah keong (spiral case) yang dipakai bersama oleh pompa dan
turbin untuk mengalirkan air ke impeller dan runner. Runner dan impeller
mempunyai arah putaran yang sama, sehingga perubahan fungsi instalasi dari
turbin menjadi pompa atau sebaliknya dapat dilakukan secara cepat.
PERSYARATAN TEKNIS
Secara teknis persyaratan
suatu PLTA pompa umumnya sama dengan persyaratan teknis PLTA konvensional
lainnya, yaitu adanya potensi debit aliran air (Q) dan tinggi jatuh (H) yang
memadai. Namun disamping banyak karakteristik yang sama dengan PLTA
konvensional, mengingat fungsinya yang khusus, PLTA pompa juga memiliki
berbagai syarat teknis yang berbeda yang harus diperhatikan secara khusus pada
tahap perencanaannya.
Syarat-syarat khusus
PLTA pompa tersebut antara lain adalah adanya waduk atas dan waduk bawah,
persyaratan elevasi, serta kapasitas waduk dan headnya. Secara singkat
syarat-syarat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Waduk atas dan waduk bawah.
Kekhususan PLTA
pompa yang membedakannya dengan PLTA konvensional adalah PLTA jenis ini
memerlukan dua buah waduk dalam pengoperasiannya, yaitu waduk atas dan waduk
bawah. Pada saat beban rendah dilakukan pengoperasian pompa untuk menaikkan air
dari waduk bawah ke waduk atas. Sebaliknya pada saat beban puncak maka air yang
berada di waduk atas di alirkan ke waduk bawah untuk memutar turbin yang
menggerakkan generator dan menghasilkan energi listrik.
2.
Persyaratan
elevasi turbin dan pompa.
Secara
teknis harus diperhitungkan agar letak pompa/turbin harus pada elevasi yang
lebih rendah dari elevasi waduk bawah. Dengan elevasi turbin/ pompa yang lebih
rendah tersebut maka diharapkan dapat dihindari timbulnya kavitasi yang akan
menyebabkan hilangnya energi yang besar serta kerusakan pada sudu turbin dan
pompa. Terlebih-lebih pada saat pengoperasian pompa untuk mengalirkan air dari
waduk bawah ke waduk atas.
Pada
saat operasi pemompaan tersebut dipersyaratkan adanya perbedaan elevasi yang
minimum antara sudu pompa dengan elevasi air pada permukaan waduk bawah.
Perbedaan elevasi minimum tersebut dapat diperoleh dengan memperhitungkan
tekanan atmosfir, tekanan uap jenuh serta kerugian head di dalam saluran air.
3.
Kapasitas
waduk dan tinggi jatuh.
Besarnya debit
air (Q) dan tinggi jatuh (H) secara langsung akan berbanding lurus dengan
kapasitas terpasang PLTA. Misalnya jika terdapat potensi debit air sebesar 115
m3 per detik dan tinggi jatuh sebesar 237 meter, maka kapasitas terpasang yang
dapat dibangkitkan oleh PLTA tersebut adalah :
P = 9,8
x Q x H x nT x nG x nS
P –
Kapasitas terpasang dalam kW
Q = Debit air, dalam m3 per detik
H =
tinggi jatuh, dalam meter
nT = Effisiensi turbin, misalnya diambil 90 %
nG =
Efisiensi generator, diambil 98 %
nS =
Efisiensi saluran air, misalnya 90 %
maka, P
= 9,8 x 115 x 237 x 0,90 x 0,98 x
0,90
= 212.023
kW = 212,02 MW.
Setelah diketahui berapa debit air yang diperlukan untuk membangkitkan
listrik dengan kapasitas terpasang tertentu, maka selanjutnya dapat diketahui
berapa besar kapasitas operasi waduk (life storage capacity) minimal yang dibutuhkan.
Rumus untuk mencari kapasitas operasi waduk adalah sebagai berikut : (misal
untuk lama operasi turbin 6 jam per hari )
Kapasitas waduk : = 115 m3 x 3600x 6
= 2.484.000 m3
ANALISA
FINANSIAL
PLTA pompa pada prinsipnya tidak menghasilkan energi (MWH), sehingga dari
sisi neraca energi tidak menghasilkan listrik sama sekali, bahkan neraca energinya
akan negatif. Karena untuk menghasilkan sejumlah energi listrik tertentu dari
PLTA pompa, akan memerlukan energi listrik yang lebih besar jumlahnya untuk
menggerakkan pompa saat menaikkan air dari waduk bawah ke waduk atas.
Hal ini dapat dijelaskan dengan typical neraca energi seperti pada tabel
berikut :
Tabel Neraca Energi PLTA Pompa :
No.
|
URAIAN
|
JUMLAH (%)
|
1.
|
Energi yang diambil
dari system
|
100,0
|
2.
|
Rugi Trafo
|
0,5
|
3.
|
Rugi motor
|
3,0
|
4.
|
Rugi pompa
|
10,0
|
5.
|
Rugi saluran pipa
|
1,5
|
6.
|
Rugi turbin
|
7,5
|
7.
|
Rugi generator
|
1,8
|
Energi
yang dihasilkan kembali
|
77,0
|
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah energi yang dapat diperoleh
kembali adalah sebesar 77 % dibandingkan dengan energi yang diambil dari sistem
tenaga listrik. Keuntungan
PLTA pompa terletak pada nilai energinya. Pemompaan air biasanya dilakukan pada
saat kondisi beban dalam sistem rendah, sedangkan operasi PLTA pompa
(bekerjanya turbin) dilakukan pada saat beban puncak. Pada saat kondisi beban
pada sistem sedang rendah, biasanya akan terjadi kelebihan daya dari pusat
listrik yang membangkitkan peban dasar ( seperti PLTU batubara atau PLTN).
Dengan demikian perhitungan biaya kWH untuk memompa air pada suatu PLTA
pompa diambil sesuai dengan biaya pembangkitan PLTU batubara atau PLTN. Misalnya
biaya pembangkitan untuk menghasilkan 1 kWH pada PLT batubara adalah Rp 500,- /
kWH, jika diperhitungkan dengan nilai efisiensi yang sebesar 77 % maka untuk
menghasilkan 1 kWH pada saat beban puncak akan diperlukan biaya sebesar Rp 500,
/ 0,77 = Rp 649,35 / kWH.
Pada saat beban puncak alternatif lain disamping mengoperasikan PLTA pompa
adalah membangun pembangkit beban puncak lain yaitu PLTG. Maka harga kWH yang
dibangkitkan oleh PLTA pompa pada saat beban puncak dihitung sama dengan harga
biaya pembangkitan PLTG, misalnya Rp 1.500,- / kWH. Dengan demikian jika
mengoperasikan PLTA pompa pada saat beban puncak dibandingkan dengan
mengoperasikan PLTG akan diperoleh penghematan sebesar Rp 1.500,- - Rp 649,35
= Rp 850,65 / kWh.
Selisih harga yang sebesar
Rp 850,65 per kWH tersebutlah yang dihitung sebagai pemasukan uang untuk setiap
kWH energy listrik yang diproses pada sebuah PLTA Pompa. Dengan memasukkan
harga tersebut sebagai parameter pada analisa financial suatu proyek PLTA
Pompa, maka diperoleh perhitungan kelayakan financial dari sebuah PLTA Pompa.
Mengingat biaya untuk membangun suatu PLTA Pompa akan lebih rendah dari
membangun suatu PLTA konvensional, maka dapat diperkirakan secara financial
membangun suatu PLTA pompa untuk memikul beban puncak pada suatu system tenaga
listrik dapat kompetitif dibandingkan dengan pembangkit beban puncak jenis
lain.
CATATAN AKHIR
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan energi listrik, selain
diperlukan pembangunan pembangkit-pembangkit listrik untuk memikul beban dasar,
maka pada saat yang bersamaan perlu diikuti dengan pembangunan
pembangkit-pembangkit yang memikul beban puncak. Untuk memikul
kebutuhan pada saat beban puncak
tersebut, mengingat adanya keterbatasan sumber daya air terutama di pulau Jawa,
maka d masa mendatang akan diperlukan lagi untuk membangun lebih banyak PLTA
pompa disamping PLTA pompa Upper Cisokan yang sedang dibangun. Karena jika
dibandingkan dengan pembangkit pemikul beban puncak seperti PLTG, PLTA pompa
dapat diperhitungkan kelayakannya, baik secara teknis maupun dari segi
finansial.
Disamping itu yang tidak kurang pentingnya PLTA jenis ini hanya memerlukan
luas genangan waduk yan sedikit, karena waduknya hanya bersifat tando harian,
bukan waduk tahunan seperti pada PLTA skala besar umumnya. Dengan demikian
diharapkan masalah pemindahan penduduk akan jauh lebih sedikit dibanding dengan
PLTA konvensional dengan kapasitas yang sama.
Keunggulan lain dengan
relatif sedikitnya luas daerah genangan waduk yang harus dibebaskan tanahnya,
secara otomatis biaya pembuatan bendungan juga akan jauh lebih rendahdibanding
PLTA konvensional, karena untuk menampung air yang volumenya sedikit, maka
tinggi dan volume bendungan juga jauh lebih rendah.
--------------
Jakarta, 7
Juni 2012