Pertengahan Mei 2013 saya
memperoleh kesempatan baik untuk mengunjungi PLTM Walesi di Wamena, Papua.
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari kegiatan PLN Pusdiklat yang
melaksanakan pelatihan Operasi dan Pemeliharaan PLTM/H (Pembangkit Listrik
Tenaga Minihidro/ Mikrohidro) bagi petugas operasi dan pemeliharaan di PLTM
Walesi. Pada kegiatan tersebut saya mengajar topic Prinsip PLTM/H dan Pemeliharaan PLTM/H yang dilaksanakan di
ruang kelas Unit Diklat Satelit Jayapura, serta Praktek Pemeliharaan PLTM
langsung di PLTM Walesi.
Perjalanan dari bandara Sentani
jayapura ke bandara Wamena ditempuh dengan pesawat Trigana berkapasitas
penumpang sekitar 60 orang selama 40 menit. Bandara Sentani sangat sederhana ,
namun lalu lintas penerbangan dari dan menuju bandara tersebut sangat ramai,
baik lalu lintas pesawat penumpang maupun pesawat kargo. Hal tersebut
disebabkan akses menuju Wamena dari Jayapura hanya dapat ditempuh lewat udara.
Belum ada jalan darat yang menghubungkan Jayapura dan Wamena yang kalau ditarik
garis lurus jaraknya sekitar 300 km. Tentunya jika dibuat jalan yang menysusuri
pegunungan Jayawijaya jaraknya akan lebih jauh lagi.
Pada sisi lainnya Wamena
merupakan “pusat kegiatan” dari berbagai kabupaten yang terletak di kawasan
pegunungan tengah Papua. Menurut informasi yang saya dapatkan terdapat 8
kabupaten di sekeliling Wamena, dimana sebagian besar hanya dapat ditempuh
lewat udara dari Wamena. Dengan demikian seluruh pergerakan orang dan barang dari Jayapura ke Wamena dan
sebaliknya dilakukan lewat moda transportasi udara. Sedangkan sebagian besar
perpindahan orang dan distribusi barang dari Wamena ke berbagai kota di kawasan
pegunungan juga dilakukan dengan pesawat-pesawat kecil. Tak heran bandara
Wamena sangat sibuk dengan berbagai pesawat yang mendarat dan lepas landas.
PLTM
Walesi saat ini memiliki kapasitas total sebesar 3.340 kW dengan 7 unit turbin generator yang kapasitas masing-masingnya sebagai berikut :
Unit 1 dan 2 (2 x 500 kW), Unit 3 dan 4 (2 x 320 kW), Unit 5 ( 500 kW), unit 6
dan 7 ( 2 x 600 kW). PLTM ini
memanfaatkan air Sungai Uwee, yang merupakan salah satu dari anak sungai
Baliem.Sungai Uwee |
Bendung (weir) berfungsi untuk menaikkan permukaan air sungai sehingga
pasokan air ke intake (bangunan sadap) dapat terjaga constant. Sedangkan bangunan
sadap (intake) berfungsi untuk membelokkan sebagian aliran sungai untuk
menggerakkan PLTM. Pada PLTM Walesi bendung dibangun pada sungan Uwee sehingga
airnya naik dan dapat dialirkan melalui sisi sungai menuju bangunan bak
penenang yang jaraknya hanya sekitar 50 meter dari sungai. Terdapat 3 bak
penenang pada PLTM Walesi yang masing-masingnya disebut sebagai Whiskey-1,
Whiskey-2 dan Whiskey-3.
Weir dan Intake |
Bak penenang Whiskey 1, Whiskey 2 dan Whiskey 3 |
Pada lokasi Intake |
Penstock dan Surge Tank
Dari bak penenang Whiskey-1, 2 dan 3 air dialirkan melalui 3 buah pipa
pesat sepanjang sekitar 300 meter menuju bangunan pembangkit. Masing-masing
pipa pesat diameternya berkisar antara 1,5 sampai 2,0 meter. Pipa pesat-1 memasok unit
turbin-generator 1 dan 2, pipa pesat 2 mengalir ke turbin 3, 4 dan 5, sedangkan
pipa pesat 3 memasok air untuk menggerakkan turbin no 6 dan 7.
Ditengah-tengah pipa pesat 1 dan 2 terdapat
bangunan tangki peredam (surge tank) yang berfungsi untuk meredam tekanan air
(water hammer) pada pipa pesat jika operasi turbin dihentikan secara tiba-tiba
(emergency stop) pada unit 1 sampai 5. Sedangkan pada pipa pesat no. 3 tidak
terdapat tangki peredam (surge tank) karena fungsi untuk meredam water hammer
dilakukan oleh relief-valve yang terpasang persis di sisi hulu katup utama
(main inlet valve).
Pipa pesat |
Power House
Gedung pembangkit |
Gedung pembangkit (power house) adalah
bangunan sipil di PLTM yang berfungsi
sebagai tempat keguatan utama pada pembangkitan listrik seperti turbin, main
inlet valve, generator, system control dan transformer. Pada power house PLTM
Walesi, lokasi turbin, generator, panel, main inlet valve dari unit 1 sampai 7 terletak
pada lantai 1, sedangkan lokasi
maintenance bay, transformer, ruang kantor dan ruang istirahat terletak pada
lantai 2 yang sejajar dengan jalan masuk.
Jumlah turbin yang ada pada PLTM
Walesi berjumlah 7 turbin dengan putaran antara 750 sampai 1000 rpm. Turbin
tersebut dihubungkan dengan generator dengan cara putaran langsung. Artinya
putaran turbin dan generator sama, sehingga tidak diperlukan gearbox untuk
menaikkan putaran. Listrik yang dihasilkan oleh generator PLTM Walesi dinaikkan
tegangannya menjadi 20 kV pada main transformer dan selanjutnya dialirkan ke kota
Wamena yang jaraknya sekitar 10 km dari Walesi.
Turbin-generator unit 6 & 7 |
Penutup
Saat ini beban puncak tenaga
listrik di kota Wamena pada malam hari berkisar sekitar 4.200 kW. Dengan
kapasitas terpasang PLTM Walesi yang 3.340 kW, maka pada malam hari sebagian
besar kebutuhan listrik di Wamena dipasok dari PLTM. Hanya sebagian kecil yang
dipasok oleh PLTD. Artinya kebutuhan akan HSD yang sangat mahal (karena harus
diangkut dengan pesawat terbang dari Jayapura) dapat jauh berkurang. Apalagi
pada siang hari seluruh kebutuhan listrik di Wamena dipasok dari PLTM Walesi.
Jika melihat besarnya aliran air
pada Sungai Uwee , untuk memenuhi kebutuhan listrik di Wamena dalam lima atau
sepuluh tahun ke depan sebenarnya masih dapat dipenuhi dengan menambah
kapasitas PLTM Walesi. Tentunya dengan membangun pembangkit baru, mulai intake
sampai power house, apakah secara parallel pada lokasi PLTM Walesi yang
sekarang, atau di sebelah hilir. Namun saat ini PLN telah melangkah lebih maju
dengan melakukan persiapan dan segera membangun PLTA Lembah Baliem berkapasitas
50 MW pada sungai Baliem yang jaraknya sekitar 35 km dari Wamena. Dengan
kapasitas yang sangat besar tersebut dimaksudkan untuk dapat melistriki kota
Wamena dan kabupaten-kabupaten lainnya yang ada di daerah pegunungan tengah.
Mudah-mudahan pada saat PLTA
Lembah baliem tersebut beroperasi pada 5 atau 6 tahun lagi, saya dapat kembali
mengunjungi Wamena dengan alam yang sangat indah dan jauh lebih maju dengan
dukungan ketersediaan energy listrik. Salam hangat untuk teman-teman di PLTM
Walesi.
Jakarta, 29 Mei 2013