Antara tanggal 14
sampai 24 Mei 2013 yang lalu, saya berada di Papua dalam rangka menjadi
instruktur pembelajaran Operasi dan Pemeliharaan PLTM/H (Pembangkit Listrik
Tenaga Minihidro/ Mikrohidro) di PLN Unit Diklat Satelit Jayapura.
Pada saat yang
bersamaan di Unit Diklat Satelit Jayapura juga berlangsung Diklat Manajemen
Rayon, yang pesertanya para manajer Rayon dari PLN Wilayah Papua dan Papua
Barat. Salah satunya Pak Aly Achir yang menjabat sebagai Manajer Rayon di PLN
Area Merauke.
Sepuluh hari berada di Unit Diklat Satelit Jayapura , dimana
pagi , siang dan malam bertemu di ruang makan membawa suasana akrab dengan
peserta Diklat. Lebih-lebih dengan peserta Diklat Manajer Rayon yang umumnya
telah senior dan pada kisaran usia yang sama dengan penulis. Berbagai informasi
dan pengalaman dapat kami peroleh mengenai alam Papua. Misalnya di sekitar
Merauke yang letaknya di bagian Selatan dan paling Timur Propinsi Papua.
Alamnya subur, dialiri sungai-sungai besar dan kecil, dan dataran rendah. Namun
tidak ditemui batu di daerah tersebut, baik batu kali maupun batu karang yang
ada di daratan atau bukit-bukit. Jadi di daerah tersebut kalau ingin membangun
gedung atau jalan, harus mendatangkannya dengan kapal laut dari daerah lain
bahkan dari luar pulau. Fondasi rumah umumnya dibuat dari batubata sebagai
ganti batu kali atau batu gunung.
Saking langkanya batu
di Merauke, di masyarakat berkembang suatu anekdot yang populer. Seperti yang
diceritakan Pak Aly, jika disana anda dikejar anjing dan kemudian anda
berjongkok seolah-olah akan mengambil batu untuk melempar anjing seperti yang
biasa kita lakukan. Di Merauke hal tersebut tidak akan berguna, karena anjing
tersebut tahu bahwa anda hanya berpura-pura mengambil batu. Karena memang batu
merupakan benda yang sangat langka di sana.
Unit Diklat Satelit Jayapura |
Pada kesempatan lain,
yaitu hari Senin 20 Mei 2013 yang merupakan hari libur khusus di Propinsi
Papua, Pak Aly yang sejak lahir berada di Papua mengajak saya bertamasya ke perbatasan Papua
dengan Negara tetangga, Papua Nugini. Selama ini kita lebih akrab dengan
Merauke sebagai batas Negara Indonesia
dan Papua Nugini. Merauke terletak di bagian Selatan Propinsi Papua, sedangkan
dari Jayapura yang terletak di bagian Utara, perbatasan dengan Papua Nugini hanya berjarak sekitar 80
km dan dapat ditempuh dengan perjalanan darat dalam waktu 2 jam. Desa terakhir
Indonesia di perbatasan adalah Desa Skow, sedangkan di Wilayah papua Nugini
adalah Desa Wutung.
Pagi tanggal 20 Mei 2013
cuaca di Jayapura diguyur hujan, jadi kami baru berangkat dari Udiklat Satelit
yang berada di kawasan Padang Bulan jam 09.30 setelah hujan berkurang dan
tuinggal gerimis ringan. Distrik atau kecamatan pertama yang kami lewati
setelah meninggalkan Padang Bulan adalah Abepura yang merupakan kawasan cukup
ramai yang juga merupakan lokasi Universitas Cenderawasih. Kami meninggalkan
kota Jayapura menuju arah Timur dalam cuaca yang berangsur cerah. Suasana
perjalanan masih sepi karena hari ini merupakan hari besar keagamaan di Papua.
Disamping itu sepanjang perjalanan hanya terdapat beberapa desa yang
terpisah-pisah dan relative sepi.
Setelah perjalanan
hampir satu jam sampailah kami di daerah Koya, yaitu daerah Transmigran yang
cukup banyak penduduknya. Derah ini banyak dikunjungi warga Jayapura pada hari
libur, karena merupakan daerah penghasil sayur-mayur, ternak dan perikanan
darat. Juga terdapat jongko-jongko yang menjual makanan, sayur dan buah-buahan.
Kami berhenti dan Pak Aly membeli makanan jagung rebus dan tape ketan untuk
bekal dimakan dalam perjalanan.
Jongko makanan dan buah di Koya |
Lepas dari Koya
perjalanan tetap melewati jalan yang bagus beraspal, namun hampir tidak ada
permukiman penduduk. Namun pemandangan di kiri kanan sangat indah berupa gunung
dengan hutan yang masih lebat dan subur. Perjalanan mulai menanjak, namun jalan
umumnya lurus dan bagus sehingga mobil yang kami tumpangi melaju kencang
melewati hutan di kiri kanan.
Menjelang pukul 12.00
kami memasuki kawasan Desa Skow di perbatasan, tidak terlihat suasana tegang
atau istimewa seperti bayangan saya atas perbatasan 2 buah Negara. Hanya saja
sebelum sampai Skow terdapat Pos penjagaan TNI, namun kami tidak perlu
berhenti, cukup melambatkan kendaraan dan membuka kaca jendela. Akhirnya
sampailah kami di desa Skow yang menjadi batas Negara. Batas antara kedua
Negara hanya dibatasi oleh pagar. Memang disana terdapat pos penjagaan dan
imigrasi, namun khusus untuk perlintasan antara desa Skow di Indonesia dan
Wutung di Papua Nugini diijinkan melintas perbatasan. Menurut informasi yang kami peroleh perbatasan kedua Negara tersebut
dibuka sampai pukul 4 atau pukul 5 sore, jadi penduduk desa Skow dapat
berkunjung ke Wutung, demikian juga sebaliknya, namun menjelang sore harus
kembali.
Gerbang Papua Nugini |
Untuk masuk ke wilayah
papua Nugini kami harus berjalan kaki melewati jalan sepanjang sekitar 300
meter setelah pos perbatasan, setelah melewati pintu sampailah kami di Negara
Papua Nugini. Jadi sebenarnya begitu melangkahi pintu tersebut kami sudah sampai dan berwisata ke luar negeri. Baik di Wilayah Indonesia terdapat Pasar dimana penduduk kedua Negara
dapat berjual beli. Namun umumnya pasar di Wilayah Indonesia lebih ramai,
banyak penduduk Papua Nugini melintasi perbatasan dan belanja berbagai
kebutuhan, mulai dari barang elektronik, baju, mainan anak sampai makanan.
Rupanya harga berbagai kebutuhan pokok di
Indonesia lebih murah sehingga banyak pedagang Papua Nugini yang ke Indonesia
membeli berbagai kebutuhan. Bahkan mereka juga banyak yang membeli barang ke
Jayapura. Sedangkan di wilayah Papua Nugini kami hanya melihat beberapa kios
yang menjual souvenir seperti topi atau baju dan minuman. Pembelian
barang-barang tersebut dapat dilakukan dengan mata uang rupiah atau Kina yang
merupakan mata uang Papua Nugini. Tidak ada kurs yang resmi, namun saat ini
sekitar Rp 4.000,- untuk 1 Kina. Saya membeli topi dengan harga Rp 50.000,- .
Sedang harga T-Shirt lebih mahal sekitar Rp 150.000,- , namun sepintas
kualitasnya kalah dengan di Indonesia, sehingga saya tidak membelinya.Mata Uang Kina |
Pantai di perbatasan Papua Nugini |
Setelah
satu jam berwisata di Wilayah Negara Papua Nugini, kamipun berjalan kembali ke
tanah air. Sungguh suatu pengalaman yang unik dan tidak terbayangkan
sebelumnya. Kami telah bertamasya ke
luar negeri. Kami telah melintasi batas Negara Indonesia. Dan hanya satu jam di
luar negeri. Padahal perjalanan naik pesawat dari Jakarta – Jayapura memakan
waktu tujuh jam, sungguh jauh. Sungguh
luas tanah air Indonesia. Sungguh besar Indonesiaku. Dan sungguh Indah negeri
tumpah darahku.
Kembali ke Indonesia |
Pos perbatasan Skow |
Terima
kasih banyak Pak Aly Achir yang telah membawa saya jalan-jalan ke luar negri.
Terima kasih juga kepada Bapak Muhammad Nurkholis , Manajer PLN Udiklat Satelit
Jayapura, yang telah mengundang saya untuk mengajar di Jayapura. Sukses selalu.
Jayalah Indonesia.
Jakarta, 25 Juli 2013