Kamis, 25 Juli 2013

WISATA KE PAPUA NUGINI



Antara tanggal 14 sampai 24 Mei 2013 yang lalu, saya berada di Papua dalam rangka menjadi instruktur pembelajaran Operasi dan Pemeliharaan PLTM/H (Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro/ Mikrohidro) di PLN Unit Diklat Satelit Jayapura.
Pada saat yang bersamaan di Unit Diklat Satelit Jayapura juga berlangsung Diklat Manajemen Rayon, yang pesertanya para manajer Rayon dari PLN Wilayah Papua dan Papua Barat. Salah satunya Pak Aly Achir yang menjabat sebagai Manajer Rayon di PLN Area Merauke.
Sepuluh hari  berada di Unit Diklat Satelit Jayapura , dimana pagi , siang dan malam bertemu di ruang makan membawa suasana akrab dengan peserta Diklat. Lebih-lebih dengan peserta Diklat Manajer Rayon yang umumnya telah senior dan pada kisaran usia yang sama dengan penulis. Berbagai informasi dan pengalaman dapat kami peroleh mengenai alam Papua. Misalnya di sekitar Merauke yang letaknya di bagian Selatan dan paling Timur Propinsi Papua. Alamnya subur, dialiri sungai-sungai besar dan kecil, dan dataran rendah. Namun tidak ditemui batu di daerah tersebut, baik batu kali maupun batu karang yang ada di daratan atau bukit-bukit. Jadi di daerah tersebut kalau ingin membangun gedung atau jalan, harus mendatangkannya dengan kapal laut dari daerah lain bahkan dari luar pulau. Fondasi rumah umumnya dibuat dari batubata sebagai ganti batu kali atau batu gunung.
Unit Diklat Satelit Jayapura
Saking langkanya batu di Merauke, di masyarakat berkembang suatu anekdot yang populer. Seperti yang diceritakan Pak Aly, jika disana anda dikejar anjing dan kemudian anda berjongkok seolah-olah akan mengambil batu untuk melempar anjing seperti yang biasa kita lakukan. Di Merauke hal tersebut tidak akan berguna, karena anjing tersebut tahu bahwa anda hanya berpura-pura mengambil batu. Karena memang batu merupakan benda yang sangat langka di sana.
Pada kesempatan lain, yaitu hari Senin 20 Mei 2013 yang merupakan hari libur khusus di Propinsi Papua, Pak Aly yang sejak lahir berada di Papua  mengajak saya bertamasya ke perbatasan Papua dengan Negara tetangga, Papua Nugini. Selama ini kita lebih akrab dengan Merauke sebagai  batas Negara Indonesia dan Papua Nugini. Merauke terletak di bagian Selatan Propinsi Papua, sedangkan dari Jayapura yang terletak di bagian Utara, perbatasan  dengan Papua Nugini hanya berjarak sekitar 80 km dan dapat ditempuh dengan perjalanan darat dalam waktu 2 jam. Desa terakhir Indonesia di perbatasan adalah Desa Skow, sedangkan di Wilayah papua Nugini adalah Desa Wutung.
Pagi tanggal 20 Mei 2013 cuaca di Jayapura diguyur hujan, jadi kami baru berangkat dari Udiklat Satelit yang berada di kawasan Padang Bulan jam 09.30 setelah hujan berkurang dan tuinggal gerimis ringan. Distrik atau kecamatan pertama yang kami lewati setelah meninggalkan Padang Bulan adalah Abepura yang merupakan kawasan cukup ramai yang juga merupakan lokasi Universitas Cenderawasih. Kami meninggalkan kota Jayapura menuju arah Timur dalam cuaca yang berangsur cerah. Suasana perjalanan masih sepi karena hari ini merupakan hari besar keagamaan di Papua. Disamping itu sepanjang perjalanan hanya terdapat beberapa desa yang terpisah-pisah dan relative sepi.
Setelah perjalanan hampir satu jam sampailah kami di daerah Koya, yaitu daerah Transmigran yang cukup banyak penduduknya. Derah ini banyak dikunjungi warga Jayapura pada hari libur, karena merupakan daerah penghasil sayur-mayur, ternak dan perikanan darat. Juga terdapat jongko-jongko yang menjual makanan, sayur dan buah-buahan. Kami berhenti dan Pak Aly membeli makanan jagung rebus dan tape ketan untuk bekal dimakan dalam perjalanan.
Jongko makanan dan buah di Koya

Lepas dari Koya perjalanan tetap melewati jalan yang bagus beraspal, namun hampir tidak ada permukiman penduduk. Namun pemandangan di kiri kanan sangat indah berupa gunung dengan hutan yang masih lebat dan subur. Perjalanan mulai menanjak, namun jalan umumnya lurus dan bagus sehingga mobil yang kami tumpangi melaju kencang melewati hutan di kiri kanan.
Menjelang pukul 12.00 kami memasuki kawasan Desa Skow di perbatasan, tidak terlihat suasana tegang atau istimewa seperti bayangan saya atas perbatasan 2 buah Negara. Hanya saja sebelum sampai Skow terdapat Pos penjagaan TNI, namun kami tidak perlu berhenti, cukup melambatkan kendaraan dan membuka kaca jendela. Akhirnya sampailah kami di desa Skow yang menjadi batas Negara. Batas antara kedua Negara hanya dibatasi oleh pagar. Memang disana terdapat pos penjagaan dan imigrasi, namun khusus untuk perlintasan antara desa Skow di Indonesia dan Wutung di Papua Nugini diijinkan melintas perbatasan. Menurut informasi yang kami peroleh perbatasan kedua Negara tersebut dibuka sampai pukul 4 atau pukul 5 sore, jadi penduduk desa Skow dapat berkunjung ke Wutung, demikian juga sebaliknya, namun menjelang sore harus kembali.
Gerbang Papua Nugini

Untuk masuk ke wilayah papua Nugini kami harus berjalan kaki melewati jalan sepanjang sekitar 300 meter setelah pos perbatasan, setelah melewati pintu sampailah kami di Negara Papua Nugini. Jadi sebenarnya begitu melangkahi pintu tersebut kami sudah sampai dan berwisata ke luar negeri. Baik di Wilayah Indonesia terdapat Pasar dimana penduduk kedua Negara dapat berjual beli. Namun umumnya pasar di Wilayah Indonesia lebih ramai, banyak penduduk Papua Nugini melintasi perbatasan dan belanja berbagai kebutuhan, mulai dari barang elektronik, baju, mainan anak sampai makanan.
Rupanya harga berbagai kebutuhan pokok di Indonesia lebih murah sehingga banyak pedagang Papua Nugini yang ke Indonesia membeli berbagai kebutuhan. Bahkan mereka juga banyak yang membeli barang ke Jayapura. Sedangkan di wilayah Papua Nugini kami hanya melihat beberapa kios yang menjual souvenir seperti topi atau baju dan minuman. Pembelian barang-barang tersebut dapat dilakukan dengan mata uang rupiah atau Kina yang merupakan mata uang Papua Nugini. Tidak ada kurs yang resmi, namun saat ini sekitar Rp 4.000,- untuk 1 Kina. Saya membeli topi dengan harga Rp 50.000,- . Sedang harga T-Shirt lebih mahal sekitar Rp 150.000,- , namun sepintas kualitasnya kalah dengan di Indonesia, sehingga saya tidak membelinya.
Mata Uang Kina
Memasuki Wilayah papua Nugini, kami berjalan sekitar 200 meter ke arah Utara. Lokasi perbatasan antara Indonesia – Papua Nugini tersebut berada dekat dengan pantai, namun elevasinya cukup tinggi , mungkin ada sekitar 100 meter, sehingga kami sampai di bibir jurang. Nun jauh di depan pandangan tertumpu pada pantai di bawah , laut yang indah dan horizon samudra Pacific yang membiru. Pemandangan yang indah baik di desa Skow yang berada di Indonesia maupun desa Wutung yang merupakan wilayah Papua Nugini



Pantai di perbatasan Papua Nugini




Setelah satu jam berwisata di Wilayah Negara Papua Nugini, kamipun berjalan kembali ke tanah air. Sungguh suatu pengalaman yang unik dan tidak terbayangkan sebelumnya.  Kami telah bertamasya ke luar negeri. Kami telah melintasi batas Negara Indonesia. Dan hanya satu jam di luar negeri. Padahal perjalanan naik pesawat dari Jakarta – Jayapura memakan waktu tujuh jam, sungguh jauh.  Sungguh luas tanah air Indonesia. Sungguh besar Indonesiaku. Dan sungguh Indah negeri tumpah darahku.
Kembali ke Indonesia
Pos perbatasan Skow




Terima kasih banyak Pak Aly Achir yang telah membawa saya jalan-jalan ke luar negri. Terima kasih juga kepada Bapak Muhammad Nurkholis , Manajer PLN Udiklat Satelit Jayapura, yang telah mengundang saya untuk mengajar di Jayapura. Sukses selalu. Jayalah Indonesia.

Jakarta, 25 Juli 2013
--------------------------
Tulisan Terkait Lain :