Jumat, 25 Mei 2012

FULL MANUFACTURING PLTA INDONESIA

Pada tanggal 23 dan 24 Mei 2012 bertempat di PLN Puslitbang diselenggarakan acara Workshop & Exhibition Reverse Engineering. Reverse engineering adalah program PT PLN untuk penyediaan sparepart peralatan listrik ,khususnya pembangkit, dengan cara mendorong industry dalam negri untuk merekayasa ulang dan memproduksi komponen-komponen pembangkit listrik di dalam negri. Hal tersebut bertujuan agar diperoleh kepastian penyediaan sparepart, kemandirian teknologi nasional, serta untuk mengembangkan industry dan ekonomi Indonesia.
Direktur Utama PLN, Nur Pamudji, dalam sambutan dan pengarahannya menyampaikan policy PT PLN untuk semaksimal mungkin mendorong agar peralatan listrik untuk keperluan PT PLN merupakan produksi dalam negri. Apabila sudah ada industry dalam negri yang telah membuat komponen peralatan listrik tersebut, maka PT PLN akan membelinya dari dalam negri, misalnya disampaikan untuk PLTU berkapasitas sampai 20 MW, semua peralatan turbin, boiler, balance of plant harus dibuat di dalam negri.
Reverse Engineering memang merupakan program PT PLN untuk mengatasi kendala dalam pengoperasian pembangkit listrik PPDE (program percepatan dan diversifikasi energy) atau yang lebih kita kenal sebagai program PLTU 10.000 MW tahap I. Dimana pada tahap operasi pembangkit tersebut sering terjadi kerusakan pembangkit, khususnya balance of plant, sehingga menyebabkan capacity factor (C.F) pembangkit lebih rendah dari yang direncanakan. Dengan demikian pada workshop dan diskusi, serta eksibisi lebih difokuskan reverse engineering PLTU.
Hanya satu instansi yaitu PLN Pusharlis yang menampilkan produk unggulan di luar bidang PLTU, berupa turbin air yang merupakan komponen PLTA.

Manufaktur Komponen PLTA
Dengan semangat untuk memakai peralatan pembangkit dari dalam negri khususnya pembangkit listrik tenaga air, penulis merasa gembira dengan produk pembangkit listrik yang ditampilkan oleh PLN Pusharlis. PLN Pusharlis telah memproduksi turbin Francis dan telah beroperasi , yaitu PLTM Sansarino 1 x 800 kW (beroperasi tahun 2011), PLTM Lokomboro Extension 2 x 600 kW (target operasi 2012), PLTM Lokomboro Cascading (rencana operasi 2012), PLTM Walesi 2 x 600 (target operasi 2012), PLTM Sawidago 1 x 380 kW (target operasi 2012). Suatu hal yang menggembirakan karena pada saat ini di Indonesia untuk turbin air skala  500 kW sampai 5 MW umumnya merupakan produk China
Turbin Francis 600 kW PLN Pusharlis

Dengan kemampuan memproduksi turbin Francis dengan kapasitas 1 MW, penulis yakin PLN Pusharlis memiliki kemampuan dan dapat segera memproduksi turbin air untuk PLTA Skala menengah, yaitu pada kisaran kapasitas 5 sampai 10 MW.
Karena jika kita berbicara tentang produksi komponen pembangkit listrik produksi dalam negri, mestinya untuk PLTA telah dilakukan. Secara teknologi dan secara komersil hal tersebut layak dilakukan. Karena secara prinsip teknologi untuk memproduksi turbin air skala 5 sampai 10 MW tidak jauh berbeda dengan kapasitas 1 MW.
Pada tahun 2009 penulis pernah menghitung berapa besar peluang full manufactur PLTA skala menengah oleh industry dalam negri, ternyata sangat besar. Kondisi tersebut tidak banyak berbeda dengan saat sekarang, sehingga tinggal policy dari pemerintah dan PLN untuk membangun PLTA skala menengah oleh industry dalam negri akan merupakan faktor utama agar seluruh peralatan PLTA sampai skala menengah merupakan produk dalam negri.
Secara umum keyakinan penulis tersebut dapat diuraikan kemampuan industri dalam negri untuk membuat peralatan dan membangun PLTA sebagai berikut :
  1. Pekerjaan sipil, seluruh instalasi PLTA mulai dari bendungan, terowongan, power house, intake, spillway, tailrace, surge tank, telah dapat dilaksanakan oleh kontraktor dalam negri.
  2. Pekerjaan metal work, berupa pipa pesat dan pintu air, telah mampu dilaksanakan secara keseluruhan.
  3. Turbin, saat ini PLN Pusharlis telah membuat turbin Francis dengan kapasitas 800 kW. Pada dasarnya tidak ada perbedaan atau kesulitan untuk membuat turbin dengan kapasitas sampai 5 atau 10 kW, bahkan untuk turbin Francis, secara teknis akan lebih mudah untuk melakukan manufaktur turbin Francis sampai kapasitas 5 atau 10 MW. Untuk kapasitas lebih besar akan diperlukan mesin-mesin yang lebih besar, namun mesin-mesin tersebut cukup tersedia di dalam negri.
  4. Generator, industri generator indonesia telah mampu untuk memproduksi generator dengan kapasitas sampai 5 atau 10 MW. Namun untuk generator PLTA yang putarannya berkisar dari 500, 600 , 750 atau 1000 rpm harus dipesan secara khusus, namun kalau unitnya cukup banyak maka harganya akan kompetitif.
  5. Transformer, telah diproduksi di dalam negri sampai kapasitas 60 MWA.
  6. Sistem kontrol , dapat di desain di dalam negri, meskipun sebagian komponen hardwarenya berupa produk impor, namun nilai tambahnya adalah pada penciptaan sistem kontrol tersebut.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa industri dalam negri di Indonesia telah mampu untuk melakukan full manufakturing PLTA skala menengah, dengan kapasitas sampai 20 bahkan 50 Mega Watt. Semoga dengan semangat memberdayakan industri dalam negri dan memajukan ekonomi Indonesia hal tersebut dapat diwujutkan.
-------------
Jakarta, 25 Mei 2012
Tulisan Terkait Lain :

Selasa, 22 Mei 2012

RESOLUSI KONFLIK DALAM PROSES PEMBEBASAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN PROYEK PLTA SAGULING DAN CIRATA


PLTA atau pembangkit listrik tenaga air adalah pembangkit listrik yang dibangun dengan memanfaatkan energi pitensial dari aliran air. Pada prinsipnya pada suatu PLTA besar daya listrik yang dapat dibangkitkan oleh PLTA ditentukan oleh 2 parameter utama, yaitu besar debir aliran air (Q) serta tinggi jatuh atau Head, H. Kedua parameter tersebut (debit air dan Head) berbanding lurus dengan besar daya yang dapat dibangkitkan oleh PLTA tersebut. Dengan demikian pada pengembangan suatu PLTA diusahakan sedemikian rupa agar hasil perkalian antara kedua parameter tersebut sebesar mungkin.
Untuk memperoleh hasil yang optimal tersebut maka pada suatu PLTA, terlebih lagi pada pengembangan PLTA berskala besar, biasanya dilakukan dengan cara membendung aliran sungai sehingga membentuk genangan atau waduk. Dampak terbentuknya waduk tersebut sangat signifikan, yaitu berupa tergenangnya daratan di sekitar sungai akibat naiknya muka air dan mengenangi area di sekitar sungai. Cakupan daerah yang dapat tergenang akibat dibangunnya suatu bendungan tersebut dapat sangat luas. Misalnya untuk pembangunan PLTA Cirata diperlukan pembebasan tanah sekitar 7.000 hektar, sedangkan pada PLTA Saguling dibebaskan tanah sekitar 5.000 hektar.
Adanya pembebasan lahan yang menjadi daerah tergenang pada suatu PLTA merupakan potensi konflik yang sangat besar antara pengelola pembangunan PLTA dengan pihak masyarakat yang menempati lahan yang harus dibebaskan untuk kepentingan pembangunan PLTA. Pada pembangunan PLTA Cirata dan saguling misalnya jumlah penduduk yang harus direlokasi dari lokasi proyek masing-masingnya berjumlah sekitar 10.000 orang. Suatu jumlah yang sangat besar mengingat besarnya kepentingan akan keberlangsungan kehidupan para penduduk tersebut. Risiko konflik tersebut sangat besar mengingat terdapat ribuan orang yang menghadapi ketidak pastian masa depan kehidupannya. Adanya penggenangan tersebut juga akan menyebabkan lahan pertanian, baik sawah maupun ladang akan tergenang.
Penulis yang pada tahun 1985 mulai bertugas di PT PLN dan ditempatkan di Proyek PLTA Cirata, meskipun tidak terlibat langsung pada proses pembebasan tanah serta proses penyelesaian konflik pada pembebasan tanah dan relokasi penduduk pada kedua proyek PLTA tersebut, dapat mengamati langkah-langkah dan pendekatan yang dilakukan oleh para senior di PLN Proyek Induk Pembangkit Hidro Jawa Barat dalam mengatasi permasalahan konflik sosial yang mungkin timbul akibat proses pembebasan tanah pada kedua proyek PLTA tersebut.

ANALISA PERMASALAHAN
Potensi konflik sosial antara pihak PLN yang akan membangun PLTA Saguling dan Cirata dengan pihak masyarakat yang berada pada daerah genangan waduk serta lokasi lain yang akan dibangun instalasi PLTA , secara umum adalah sebagai berikut :
1.  Untuk pembangunan PLTA PLN memerlukan tanah yang akan digenangi sehingga membentuk waduk penyimpan air dengan luas area yang mencapai ribuan hektar, sementara pada lokasi tersebut telah bermukim dan bekerja sebagai tempat mencari nafkah ribuan kepala keluarga sebagai penghuni.
2.   Masyarakat akan kehilangan lapangan kerja yang selama ini digelutinya yaitu sebagian besar sebagai petani baik di sawah maupun di ladang. Bagi para petani yang sebagian besar merupakan petani tradisional dan berpendidikan umumnya rendah, merupakan hal yang tidak mudah untuk beralih tempat tinggal dan beralih pekerjaan, karena mereka tidak siap untuk mengalami perubahan yang drastis.
3.   Masyarakat akan kehilangan kampung halaman serta kekerabatan yang erat antara penduduk di kampung yang sama. Bagi masyarakat tradisional di pedesaan , adanya kekerabatan tersebut sangat penting bagi kehidupan sosial dan budayanya. Jika mereka dipindahkan ke berbagai daerah maka akan merupakan hal yang sangat berat menghadapi kehilangan kekerabatan dan kekeluargaan tersebut.
4.    Perlu dicarikan alternatif pekerjaan baru bagi ribuan masyarakat yang kehilangan pekerjaaan dan mata pencaharian di bidang pertanian akibat tergenangnya lahan mereka akibat proyek PLTA Saguling dan Cirata tersebut. Namun hal tersebut tidak mudah karena berbedanya kultur dan budaya serta keterampilan yang ahrus dikuasa pada pekerjaan yang baru tersebut.
 
RESOLUSI KONFLIK
Berdasarkan pengamatan penulis, para senior di PLN Proyek Induk Pembangkit Hidro Jawa Barat pada saat pembangunan proyek PLTA Cirata dan Saguling telah melaksanakan berbagai metode sehingga dapat mencegah berbagai potensi konflik yang cukup besar sehingga tidak terjadi eskalasi yang berpotensi menjadi khaos (kerusuhan), bahkan dapat meredamnya sehingga kedua proyek PLTA terbesar di Indonesia tersebut (PLTA Saguling berkapasitas 700 MW dan PLTA Cirata berkapasitas 1.000 MW) dapat berjalan dengan lancar tanpa menimbulkan konflik pada pelaksanaan dan selesai tepat pada waktunya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan resolusi konflik pada kedua proyek tersebut adalah sebagai berikut :
1.   Para penduduk diberi alternatif untuk memilih selain melakukan trasmigrasi ke lain pulau (yang sangat berat bagi budaya kekeluargaan dan kemasyarakatan penduduk) , dengan kemungkinan atau alternatif relokasi ke lokasi yang masih di propinsi Jawa Barat, seperti ke kabupaten Sukabumi. Sehingga tidak terlalu jauh dari lokasi asal mereka.
2.    Pengelola proyek melaksanakan pelatihan keterampilan pada penduduk berupa pelatihan dalam bidang perikanan jaring terapung yang akan dikembangkan pada lokasi waduk PLTA Saguling dan Cirata. Adanya pelatihan keterampilan tersebut akan menyebabkan penduduk setempat tetap dapat mencari nafkah dan tidak perlu pindah jauh dari lokasi kampung halamannya semula.
3.   Dilakukan pendekatan yang intensif kepada tokoh-tokoh kunci pada pmasyarakat berupa alim ulama serta tokoh-tokoh di desa dan para aparat desa seperti kepala desa, lurah serta para pemimpin informal.
4.   Pelaksanaan berbagai pembangunan di sekitar lokasi waduk seperti sarana ibadah, balai desa, perairan untuk irigasi, sarana air bersih seperti fasilitas MCK.
5.       Pelaksanaan dan pembangunan jalan-jalan dan jembatan-jembatan baru serta dilakukan relokasi jalan dan jembatan sehingga kampung-kampung dan desa yang berada di sekitar lokasi waduk PLTA Saguling dan Cirata tidak terisolasi akibat tergenangnya waduk PLTA Cirata.
6.       Secara umum dalam resolusi konflik tersebut PLN PIKITDRO JABAR telah menerapkan prinsip-prinsip untuk menurunkan tingkat resistansi oleh penduduk terhadap pembangunan PLTA oleh PLN tersebut, yaitu dengan sesedikit mungkin penggunaan power (aparat polisi dan militer), mengurangi Culture Gap (dengan menyediakan alternatif lapangan kerja dan pelatihan serta alternatif relokasi pada lokasi sekitar proyek), serta waktu yang cukup untuk sosialisasi dan proses pemindahan penduduk.
7.    Dalam berbagai proses diusahakan untuk mencapai kompromi yang saling menguntungkan (win-win solution) baik bagi PLN maupun bagi masyrakat.

 PENUTUP
Setelah sekitar 25 tahun PLTA Saguling dan Cirata beroperasi (Saguling beroperasi tahun 1985, Cirata beroperasi tahun 1988), tidak terlihat timbulnya konflik di sekitar kedua PLTA terbesar di Indonesia tersebut. Hal tersebut dimungkinkan karena pada proses pelaksanaannya dan di awal pembangunan kedua PLTA tersebut telah dilakukan proses resolusi konflik secara kompromi dengan prinsip win-win solution.
Pada tahun tahun terakhir ini , akibat semakin padatnya pertumbuhan penduduk di sekitar lokasi waduk, serta semakin banyaknya kolam jaring apung yang diusahakan penduduk di kedua waduk, timbul potensi konflik kepentingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan waduk. Baik antara pihak PLN dengan penduduk setempat maupun secara internal di antara warga masyarakat pemanfaat waduk. Hal tersebut merupakan suatu gejala yang perlu diantisipasi oleh pihak PLN agar terjadi resolusi yang baik terhadap potensi konflik akibat berbagai kepentingan yang berbeda.
 ----------
 Pandaan, 10 Mei 2012

Senin, 21 Mei 2012

BAGAIMANA MEMBANGUN PLTA SKALA KECIL ?


Silahkan Klik Topik Lainnya :

Kegiatan Lingkungan dan Fakultas Teknik,  Wisata Padang Sumatra Barat,  Umroh Makkah Madinah,  Wisata Singapore,  Wisata Phuket Thailand,  Wisata Karimunjawa,  Wisata Malang Bromo,  Wisata Ende Flores,  Wisata Tidung Kepulauan Seribu,  Wisata Pangandaran,  Wisata BandungWisata Malang Batu,  Wisata Melaka Kuala LumpurWisata Penang Malaysia
PLTMH Cijedil
Bagaimana membangun PLTA Skala Kecil ?. “ Listrik Energi” edisi April 2008 menyajikan artikel tentang PLTM Girimukti yang berkapasitas 2 x 6 MW yang dibangun oleh PT Girimukti Energi di Cianjur Selatan.

Winarno, Direktur Teknik PLTM tersebut, mengatakan bahwa factor pemicu untuk merealisasikan PLTM tersebut adalah adanya krisis listrik yang terjadi akhir-akhir ini. Alasan lain yang mendukung pembangunan PLTM tersebut adalah dari aspek konservasi energi dan keramahan lingkungan, pemanfaatan energi setempat, penghematan bahan bakar minyak dan dukungan terhadap peta jalan Bali.

Adanya krisis energi, yang ditandai dengan naiknya harga minyak bumi, memang sekarang telah sampai pada tingkat yang tidak terbayangkan sebelumnya.. Sebagai ilustrasi pada tahun 2005 harga minyak bumi yang naik dari 40 Dollar AS per barel menjadi 60 Dollar AS per barel telah menjadi goncangan yang besar bagi perekonomian internasional dan nasional. Namun pada akhir tahun 2007 dan awal tahun 2008 ini hal yang sama terjadi, harga minyak bumi terus meningkat dan menyentuh angka 100 Dollar AS per barrel, bahkan pada Juni 2008 sempat menyentuh 150 dollar AS.  Sekarang wacana harganya akan menyentuh 200 Dolar bukan merupakan hal yang mustahil.
Jadi memang tidak ada alasan lain, pembangkit listrik dengan bahan bakar minyak bumi harus dikurangi peranannya sampai seminimal mungkin. Pembangkit listrik dari sumber-sumber energi lain yang bersifat renewable seperti tenaga air harus dibangun, mengingat  potensinya yang masih sangat besar dan relatif belum banyak dimanfaatkan.
Berbicara tentang potensi tenaga air khususnya PLTA Skala Kecil kayaknya tidak perlu diperdebatkan lagi, karena potensinya sangat besar. Namun pada kesempatan ini penulis ingin membahas atau menjawab pertanyaan : ”bagaimana caranya membangun dan mengusahakan PLTASK ?” Apa yang harus dilakukan oleh seseorang jika ingin terjun dan mengusahakan PLTA Skala Kecil ?


Berapa Biayanya ?
Bagaimana prospek bisnis membangun PLTA ?  dan berapa biayanya ? berapa untungnya ? dan berapa lama break event point ?
Merupakan pertanyaan yang sering penulis dengar terutama dari teman-teman yang ingin  memahami tentang PLTA, khususnya PLTA Skala Kecil..
Namun kalau kita bicara tentang PLTM yang sekelas dengan Girimukti yang kapasitasnya 2 x 6 MW, mungkin banyak yang kaget ? Karena kalau kita coba perkirakan berapa investasi untuk membangun PLTM tersebut, maka angkanya akan berkisar pada nilai 200 milyar rupiah ?  Suatu jumlah yang sangat besar. Namun sebenarnya Girimukti telah dapat dikatagorikan sebagai PLTA yang besar, karena energi yang dihasilkannya  cukup besar, sehingga wajar biaya investasinya berkisar pada angka 200 milyar rupiah.
Supaya para calon investor tidak kaget dan mundur melihat angka yang besar tersebut, perlu dijelaskan bahwa banyak peluang untuk investasi pada PLTA SK yang ukurannya lebih kecil,  sesuai dengan budget yang akan diinvestasikan. Katakanlah dengan investasi sebesar Rp 10 milyar atau Rp 1 milyar, banyak pilihan yang tersedia.
Untuk memahami lebih lanjut tentang PLTASK, kita akan kita terlebih dahulu melihat apa yang dikatagorikan sebagai PLTA skala kecil tersebut.
Secara umum Pusat Listrik Tenaga Air dapat dikatagorikan sesuai besar daya yang dihasilkannya, sebagaimana pada tabel berikut  (Severn Wye Energy Agency, www.swea.co.uk)

No.
JENIS
DAYA / KAPASITAS
1.
PLTA 
>   5 MW     ( 5.000 kW).
2.
PLTM
 100 kW  < PLTM <  5.000 kW
3.
PLTMH
< 100 kW
Hanya saja klasifikasi yang membedakan antara PLTA (besar), PLTM (minihidro) serta PLTMH (mikrohidro) tersebut tidaklah terlalu ketat sebagaimana yang tercantum pada tabel di atas. Karena belum ada kesepakatan yang ketat dalam klasifikasi tersebut.
Sebagai contoh ada yang mendifinisikan bahwa yang dikatagorikan sebagai PLTA (besar) harus mempunyai kapasitas di atas 10 Mega Watt. Demikian juga untuk Mikrohidro, beberapa pihak menyebutkan bahwa kapasitasnya sampai 500  kilo Watt. Jadi memang tidak salah kalau disebutkan PLTA Girimukti sebagai PLTM, namun pilihan PLTASK yang di bawah 100 kW juga tersedia sebagai ladang investasi. Nilainya tentu di bawah angka 2 milyar rupiah.

Mencari Terjunan Air
Langkah pertama jika ingin membangun PLTA adalah mencari potensi terjunan air. Karena pada dasarnya PLTA bekerja dengan memanfaatkan energi potensial yang timbul jika air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang rendah. Energi air tersebut dimanfaatkan untuk memutar turbin air yang menggerakkan generator penghasil tenaga listrik.
Untuk memanfaatkan energi potensial air tersebut, air dialirkan dari posisi yang lebih tinggi ke posisi yang lebih rendah melalui pipa yang biasa disebut sebagai pipa pesat. Besar daya yang dapat dibangkitkan pada pembangkit listrik tenaga air ditentukan oleh 2 (dua) faktor, yaitu :

  1. Beda ketinggian antara bagian atas aliran air sebelum masuk pipa pesat dengan ketinggian air saat keluar pipa pesat, atau lazim disebut sebagai Head. Satuannya meter (m).
  2. Debit aliran air yang mengalir melalui pipa pesat  dan menggerakkan turbin. Satuannya meter kubik per detik (m3/s)
Daya teoritis (P) yang dapat dihasilkan oleh laju aliran air dan ketinggian tertentu berbanding lurus (proporsional) dengan head H dan laju aliran (Q), secara sederhana adalah sebagai berikut :

             P  =    Q  x  H   x  η x 10
dimana     :  
             P    =   daya yang dihasilkan          ( kW
             Q   =    debit aliran air                 ( m3 /s )
             H    =   tinggi jatuh (head) bruto   ( m )
              η    =  efisiensi total  (turbin, generator, pipa pesat, dll),
Contoh :
  1. Suatu lokasi memiliki tinggi jatuh atau Head bruto sebesar  30 meter. Jumlah laju aliran air sebesar 200 liter per detik atau  0,2 m3/ detik, maka  besar daya yang dibangkitkan adalah :   P   =  0,5 x 0,2 x 30 x 10    =   30  kilo Watt
  1. Suatu lokasi memiliki tinggi jatuh atau Head bruto sebesar  21 meter. Jumlah laju aliran air sebesar 1300  liter per detik atau  1,3 m3/ detik, maka  besar daya yang dibangkitkan adalah :  P   =  1,3 x 21  x  0,5 x 10  =   136,5  kW
Catatan : pada contoh di atas efisiensi total diambil 0,5. Angka tersebut sangat moderat sebagai dasar perhitungan awal. Umumnya nilainya lebih tinggi tergantung pada kapasitas, jenis turbin, diameter dan panjang pipa pesat.

Instalasi PLTASK
Secara skematis susunan PLTASK dapat dilihat pada gambar typical PLTASK di bawah ini :

 
 Susunan PLTA Skala Kecil ( www.microhydropower.net )

Air yang mengalir di sungai dibelokkan alirannya oleh Weir (bendung), sehingga aliran air tersebut mengalir lewat bangunan sadap (Intake) . Pada intake terdapat bak pengendap (settling basin) yang berfungsi untuk menghendapkan butir-butir pasir dan lumpur dari air.  Dari bak penenang air dialirkan melewati saluran pembawa (head race) menuju bak penenang. (forebay).
Bak penenang (forebay) berfungsi untuk menenangkan atau menurunkan kecepatan air sebelum masuk ke penstock. Bak penenang ini juga biasanya berfungsi sebagai bak pengendap, yaitu mengendapkan sisa-sisa partikel-partikel pasir dan lumpur yang masih terbawa lewat saluran penghantar. Dari forebay air mengalir lewat saluran pipa tertutup yang disebut pipa pesat (penstock).
Pada ujungnya di sebelah bawah pipa pesat disambung dengan turbin yang berfungsi untuk mengubah energi potensial yang ada pada air menjadi energi mekanik. Poros turbin dihubungkan dengan generator yang  selanjutnya menghasilkan energi listrik.
PLTMH Melong 2 x 50 kW
 Peralatan Elektromekanik
Peralatan elektromekanik terdiri dari turbin, generator, transmisi mekanik, transformer dan jaringan transmisi. Biasanya peralatan turbin, generator dan transmisi mekanik serta kontrol sudah merupakan satu set turbin generator. Untuk kapasitas cukup besar 6 MW seperti Girimukti pilihannya dapat membelinya dari Eropa Barat atau Jepang, kapasitasnya paling handal, namun mahal. Dari Eropa Timur cukup baik dan handal,  harganya lebih murah sedikit. Pilihan lain membelinya dari China, lebih murah, namun keandalan sesuai dengan harganya.
Untuk skala kecil, dengan kapasitas PLTASK sampai 500 kW, sebaiknya membeli produksi dalam negri yang lebih murah dan cukup handal. Tersedia cukup banyak pilihan, termasuk juga membeli produk dari China.  Para investor dapat menjajaki sendiri pilihan-pilihan berserta harganya tersebut. Satu hal yang perlu dipertimbangkan meskipun produk dari China cukup banyak dan kompetitif, produksi dalam negri mempunyai keunggulan kompetitif. Dimana untuk penyediaan sparepart dan perbaikan atau pemeliharaan, akan lebih gampang dan murah pelaksanaannya karena tidak perlu lagi mengimpor sparepart dan mendatangkan teknisi dari luar negri. Demikian juga halnya kalau perlu melakukan modifikasi mesin-mesin akan lebih mudah.

Analisa Investasi
Setelah dilihat adanya potensi site yang dapat dibangun PLTA Skala Kecil maka calon investor perlu membuat rencana dan analisa investasi, artinya harus membuat perkliraan biaya dan pendapatan yang akan diperoleh dari investasi tersebut.
Berikut sebagai contoh analisa pendahuluan kita ambil contoh untuk proyek PLTASK yang berkapasitas 190 kW. Karena potensi tenaga air dengan kapasitas antara 100 sampai 500 kW tersebut cukup banyak dan belum tercatat pada peta potensi tenaga air di Indonesia. Penulis pernah mengikuti suatu survey pendahuluan untuk melihat potensi PLTASK di suatu kecamatan di Jawa Barat dan pada kesempatan tersebut kami menemukan 4 lokasi PLTASK yang bisa dibangun dengan daya sekitar 200 sampai 300 kW per lokasinya.
Berikut adalah salah satu dari hasil survey tersebut, setelah disesuaikan dengan harga-harga terbaru serta dengan perhitungan yang disederhanakan. Namun penulis hanya menghitung dengan metoda break event point sederhana. Untuk kondisi sebenarnya tentunya harus memasukkan faktor bunga pinjaman, cost of money, net present value, IRR, equity, debt interest dan sebagainya.

Data Umum :
Tinggi  jatuh ( Head)               :   36  meter
Debit rata-rata                        :   1200 liter/detik
Debit rencana                          :  1 x 800 liter/ detik
Kapasitas                                 :  1 x 190 kilo Watt

Rencana Anggaran Biaya (RAB) :
No.
URAIAN
Harga  (x1.000 Rp)
Harga Total (x 1.000 Rp)
A.
PEKERJAAN SIPIL

1.470.000

1. Pekerjaan Persiapan
30.000


2. Pekerjaan Bendung dan Intake
100.000


4. Pekerjaan bak Penenang & Spillway
350.000


7. Pipa pesat
800.000


8. Power house
130.000


9. Tail race
50.000


10.Tallud pengaman
10.000

B.
PERALATAN ELEKTRIKAL MEKANIKAL

900.000
C.
JARINGAN DISTRIBUSI

200.000

                            Jumlah

2.570.000

                            PPN  10 %
        
257.000

                            Jumlah total

2.827.000
       Terbilang  : Dua milyar delapan ratus duapuluh tujuh juta rupiah

Pendapatan :
Dalam analisa financial ini biaya (cost) terdiri dari biaya modal (capital cost) dan biaya operasi  (operating cost). Sedangkan revenue adalah penerimaan dari hasil penjualan tenaga listrik yang dibangkitkan PLTASK tersebut.

Perhitungan revenue per tahun adalah sebagai berikut  :
Dengan kapasitas terpasang sebesar 1 x 190 kW, serta  pengukuran debit air sungai  sebesar 2000 liter per detik pada bulan Mei 2006 (musim kemarau), sedangkan untuk menghasilkan daya sebesar 1 x 190 kW hanya membutuhkan debit sebesar 800 liter per detik.

Berdasarkan data tersebut dengan asumsi PLTASK beroperasi dengan factor kapasitas (capacity factor, c.f) sebesar 60 %, akan dihasilkan energi listrik per tahun sebesar   :

0,60  x  8760 hour  x  190  kW  =  998.640   kWH
Sehingga revenue per tahun adalah sebesar  :

                        =   998.640  x  Rp  500,-
=   Rp   499.320.000,- 

Biaya modal untuk proyek ini adalah biaya pembangunan yang tercantum pada RAB di atas, yaitu sebesar Rp 2.827.000.000,-
Biaya operasi terdiri dari   :
  1. Biaya operator sebesar Rp 50.000.000,- per tahun.
  2. Biaya pemeliharaan sebesar Rp 10,000,000,-  per tahun
  3. Retribusi air  Rp 10,- per kWh = 998.640 x Rp 10,-  =  Rp 9.986.400,-
Dengan demikian jumlah biaya operasi per tahun adalah sebesar  :
           =  Rp 50,000,000,-  +  Rp  10,000,000,-  + Rp 9.986.400  =    Rp  69.986.400,- 

Pendapatan pertahun  = Rp 499.320.000 – Rp 69.986.400,-  =  Rp  429.333.600,-

Dengan pendapatan sebesar Rp 429.333.600,- tersebut, maka modal pembangunan sebesar Rp 2.827.000.000,- akan break event dalam waktu 6,59 tahun.

Namun tentunya perhitungan yang sebenarnya tidak sesederhana di atas, untuk dapat memperoleh hasil kelayakan finansial yang sebenarnya, harus dibuat perhitungan keuangan yang rinci sehingga lebih mendekati kondisi yang nyata.

Langkah Berikutnya
Setelah secara umum telah didapat tentang peluang-peluang yang ada untuk menanamkan modal pada proyek pembangunan PLTASK. Tentunya masih banyak langkah yang harus ditempuh untuk mewujutkan proyek tersebut.

Langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut :
  1. Pembuatan studi kelayakan, hal ini dapat dilakukan sendiri atau menyewa konsultan yang akan membuat rencana rinci termasuk perhitungan finansial atas kelayakan proyek tersebut.
  2. Pendekatan ke Pemerintah Daerah untuk untuk proses ijin-ijin yang antara lain mencakup : ijin pembangunan dan pengoperasian PLTASK, ijin pemanfaatan air irigasi atau sungai, proses pembebasan tanah, serta tarip retribusi air.
  3. Pengajuan proposal ke PLN setempat untuk pembuatan kontrak jual beli tenaga listrik, diikuti dengan negosiasi untuk mencapai kesepakatan jual beli tenaga listrik beserta syarat-syarat teknis dan finansial.
Dalam pelaksanaannya hal yang paling krusial dalam pembangunan PLTASK adalah butir no. 2, yaitu bagaimana mendapat perijinan dari pemerintah daerah dan proses pembebasan tanah. Perijinan penggunaan air sungai atau irigasi serta pembebasan tanah memerlukan pendekatan sosial yang rumit. Dengan karakteristik PLTASK yang memiliki banyak interaksi dengan masyarakat setempat, maka investor harus memperhatikan karakteristik dan kepentingan masyarakat dimana PLTASK tersebut berlokasi. Dari contoh-contoh PLTASK yang berhasil salah satu caranya adalah dengan mengikutsertakan masyarakat setempat sebagai pemilik saham proyek.
Keterlibatan masyarakat dalam kepemilikan PLTASK mempunyai banyak manfaat, selain untuk memudahkan proses perijinan dan pembebasan tanah, mengingat investasi ini adalah investasi jangka panjang, jika masyarakat memiliki saham pada PLTASK maka masyarakat akan ikut menjaga kelangsungan operasi dari PLTASK tersebut. Kepemilikan saham masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan membentuk koperasi. Dengan demikian masyarakat secara rutin akan memperoleh penghasilan dari penjualan listrik ke PLN yang dapat dipakai untuk membiayai berbagai kegiatan dan pembangunan. 
Keterlibatan masyarakat juga akan menjamin kelangsungan pengoperasian PLTASK dengan menjaga kelestarian sumber air yang dipakai sebagai penggerak pembangkit listrik tersebut. Dengan demikian pembangunan PLTASK di daerah pedesaan mempunyai manfaat yang sangat besar, baik bagi investor, masyarakat setempat, serta untuk kelestarian sumber daya air dan hutan.